Pages

Kamis, Mei 14, 2009

Sejarah MBanua Hilisatarö Nias Selatan

Sumber: Catatan Namada Solawa'aro Duha gelar adat Tuha Satarö (Tuhe Nöri To'ene Asi). Tertandatangan tahun 1980.

Kurang lebih 300 tahun (circa 1680) semenjak Tuha Za'ua (Duha) meninggalkan Tetegewo (Banua Mado Laia), yaitu Kampung tempat neneknya Boladanö, Pemukiman penduduk yang menggabungkan diri didalam pengembaraan ini tiada menetap, berpindah-pindah dari Lawindra - Ranebatu - Hilibatu - Lölömofvulo berserak ke Bawöhulandro dan Hili Amaigila - berkumpul di Hilitotaö - Hilifaosatanö, kemudian bermukim sebagian di Hiliduha (sekarang Bawöza'ua) dan sebahagian di Hilisatarö.

Penduduk yang menggabungkan diri didalam pengembaraan tersebut atas Musyawarah Besar di Tetegewo terdiri dari:
Gowasa (Ganumba),
Bohalima,
Bazicho,
Fondrahi,
Baene, sekaliannya mereka ini adalah saudara² kandung dari Tuha Za'ua yang terlahir dari beberapa orang Ibu, isteri² dari Namada La'ogakha (Ayah Tuha Za'ua).
Ibundanya Tuha Za'ua yang bernama HINAYA berasal dari seorang anak perempuan Hulubörödanö. Hulubörödanö adalah anak dari LAIA. Hinaya bersaudara kandung dengan Sirahaluo.
Maka atas mufakat dari Musyawarah tersebut tadi yang dipimpin oleh Amada Hulubörödanö, memutuskan seharusnya salah seorang dari Keturunan Sibaya (Paman) mesti turut serta didalam pengembaraan Tuha Za'ua. Maka terpilihlah yang bernama Gelar LAHÖHÖ. Amada Lahöhö terpilih karena ditilik dari Ketangkasan perang, tubuhnya besar dan Berani. Lahöhö adalah anak dari NDRURU. Ndruru anak LAIA.
Keturunan namada Lahöhö di Desa Hilisatarö yang tak dapat dilupakan berjasa baik, ialah mereka bernama Nifaulö dan Haogö Lahöhö dari antara rumpun besarnya.
Amada Maduwu, ia menggabungkan diri didalam pengembaraan Tuha Za'ua didaerah Maenamölö, yaitu berasal dari Kampung Lahusa Maenamölö.
(Sumber: Amada Tuhenöri Solawa'aro Duha gelar adat: Tuha Satarö. 1980)



Catatan Keluarga:
Catatan ini dimulai dengan sebagian silsilah perpisahan dari Banua Hilisatarö ke Bawöza'ua nama desa sekarang.
Menurut ceritera nama desa sebelum ini yaitu: Desa yang terletak diatas gunung sebelah utara desa sekarang diberi nama Hiliamaigila. Karena pertapakan rumah disana maka kepala/ pimpinan desa tersebut ada dua orang kakak-beradik yang dapat memimpin rakyat mereka dengan bijaksana menghimpun suatu keputusan bersama untuk mencapai kesepakatan dan sepakat mencari tempat perumahan diseberang sungai Gewa yang diberi nama Hiliwaösitanö,
Sebagai titiktolak untuk melebarkan tanah perkebunan rakyat maka Si'ulu pemimpin Hiliwaösitanö pergi mencari tanah yang dapat dijadikan tempat perumahan rakyatnya sambil berburu telah sampai di tepi sungai Sa'ua, sungai yang agak besar dari sungai Gewa. Dan melihat tanahnya yang subur dan lebar tidak seorangpun duluan mengolah tanah itu maka ia mengutarakan hal itu kepada adiknya Si'ulu/ pemimpin yang tinggal di desa Hiliamaigila bahwa mereka pindah pada tanah yang baru didapat katanya; Biarlah adik serta rakyat kita pengikutmu tinggal memiliki tanah ini serta tanah perkebunan yang ada dan kami keluarga Hiliwaösitanö memiliki sungai Sa'ua serta tanah perkebunan disana timbal balik sungai.
Maka yang sulung serta panglima-panglimanya serta keluarga rakyatnya pindah dan membuat perkampungan di Batu'atöla yang diberi nama Bawöza'ua dan setelah lama kemudian pindah lagi perkampungan disebelah utara di tepi sungai Sa'ua diberi nama Hiliduha pada perkampungan tersebut walau hanya rakyat-rakyat itu saja yang terdaftar dalam register pemerintah tetap disebut Bawöza'ua sebagai kenangan. Untuk itu mulai zaman dahulu sampai sekarang selalu disebut Hilisatarö (Bawösataro) - Bawöza'ua/ Hiliduha hanya satu Banua karena perpisahan tempat itu terlaksana dengan baik bukan disebabkan kekeliruan. Hiliamaigila juga memilih tanah datar disebelah sungai Gewa yaitu diberi nama Hilisatarö sampai sekarang.


Potret Lawas Banua Hilisatarö Nias selatan:

Bawagöli Hilisatarö tempo doeloe

(1867) KITLV/JA-Meeseen
Tombak Legendaris "Toho Silaötambali" Nifahombo ba Luaha Za'ua

Hombobatu yang masih tersisa hingga sekarang ba MBanua Hilisatarö


Beberapa Koleksi Peta Kuno Nias Selatan:

Map of Von Rosenberg 1854-1855

Pada Peta Von Rosenberg (1854-1855) Saat itu Desa Hilisatarö yang di tepi sungai Gewa sekarang ini belum ada di Map ini.
Yang ada adalah Bawösatarö ditepi sungai Sa'ua arah Telukdalam dan Hiliduha posisinya ditepi sungai Sa'ua arah Gunungsitoli. Cerita Hiliduha dan Hilisatarö pada awalnya Sambua Banua

Peta Von Rosenberg (1857)

Dalam peta Von Rosenberg 1857: Desa BawöSatarö dan Desa HiliDuha masih mengapit sungai Sa'ua.
BawöZa'ua dan HiliSatarö belum muncul di peta


Peta Schroder (1910)

Peta Schroder 1910: Desa BawöSatarö berubah menjadi BawöZa'ua di lokasi yang sama sebelah selatan sungai Sa'ua arah Telukdalam.

Desa HiliDuha dilokasi lama sebelah utara sungai Sa'ua arah Gunungsitoli (bukan di posisi sekarang ini).
Desa HiliSatarö muncul di peta Schroder 1910 di lokasi sebelah selatan sungai Gewa (posisi seperti sekarang ini)


Peta Residentie Tapanoeli (1917)
Pada Peta ini Desa Bawoza'ua berlokasi di ex Desa BawoSataro sampai sekarang ini.
Desa HiliDuha pada peta ini masih di tepi sungai Sa'ua arah ke Hilisataro (sekarang ini lokasinya kosong karena bergabung di Desa BawoZa'ua).

Pada peta ini muncul Desa Bawonifaoso, Bawodobara, Hiliganowo, Hiliamaetaluo, Hilisataro, Hilinamoniha, Bawoganowo. 

Area Rekreasi Tempo Doeloe di Tepi Sungai Gewa ba Hilisataro

Bawagoli Hilisataro Tempo doeloe

Pantai Walo Tohene'asi ba Hilisatarö Tempat Rekreasi Tempo Doeloe

SILSILAH DUHA HILISATARO



SEJARAH HILISATARO BERSUMBER DARI AMADA SOLAWA'ARO DUHA (TUHA SATARO)
TUHENORI TO'ENE ASI








Urakha Tuha Nadu (Pdt.Ass. Hata Laia)





Ditulis sesuai asli oleh Tuhenori To'ene Asi : SOLAWA'ARO DUHA (TUHA SATARO)

SILSILAH MADO LAIA




Bertempat di Gereja BNKP Hilisataro Selasa 16 Februari 2010, Bupati Nias Selatan Fahuwusa Laia, SH,MH melantik Tujuh Kepala Desa dari hasil yang dimekarkan dari Induk. Sesuai SK No. 141/457/K/2009 tentang pembentukan dan pengangkatan dan SK No. 141/610/TM-NS/2009 tentang pelaksanaan.

Adapaun nama Desa dan Kepala Desa tersebut adalah sebagai berikut :

1. Hilisataro dengan Kepala Desanya Harinata Sarumaha
2. Desa Hilisataro Raya dengan Kepala Desanya Hengkius Maduwu
3. Desa Hilisataro Gewa dengan Kepala Desanya Aezisokhi Maduwu
4. Desa Bawoganowo dengan Kepala Desanya Sipius Daya
5. Desa Hili’asi dengan Kepala Desanya Habruti Dakhi
6. Desa Hilimagari dengan Kepala Desanya Siwa Aronakhe
7. Desa Hilisoromi dengan Kepala Desanya Haegawano Telaumbanua.

Dalam Laporan Camat, Fanorama Duha, S.Pd bahwa masyarakat Toma bisa berbangga hati karena dimana suatu sejarah bahwa masyarakat Toma bisa bertatap muka dengan Bupati Nias Selatan dalam pelantikan Tujuh Kepala Desa di Kecamatan Toma. Bahwa Kecamatan Toma dulunya hanya terdiri dari enam Desa, setelah masyarakat menyadari perlunya pemekaran maka sekarang Kecamatan Toma sudah menjadi Sebelas Desa. Pada hari ini ada Tujuh Kepala Desa yang dilantik, Empat Difinitif dan tiga pejabat sementara. Kami meminta Kepada Bupati dan mengharapkan petunjuk, arahan dan bimbingannya Kepada Tingat Kecamatan sampai Tingkat Desa sehingga tugas yang diberikan kepada kami bisa lancar sampai ke masyarakat. Dalam kata sambutan dan arahan Bupati Nias Selatan, bahwa Beliau merasa bangga bisa dapat bertemu dengan saudara-saudara masyarakat Kecamatan Toma ini. Kami menyadari bahwa saya adalah orang tua dari seluruh Masyarakat Nias Selatan, juga bangga dan berterimakasi pada saya melihat sangat tingginya persatuan dan kesatuan masyarakat Toma. Kenapa saya ucapkan demikian karena pada pemilihan Legislatif yang lewat Kecamatan yang baru ini bisa meraih tiga Anggota DPRD sedangkan Kecamatan lain ada yang tidak ada kalaupun ada hanya satu, dua. Saya mengharapkan agar persatuan dan kesatuan dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Kepala Desa yang baru dilantik saya baru mendengar tadi dalam kata sambutan Anggota DPRD masih adanya masyarakat yang suka mabuk-mabukan, judi, galian pasir. Itulah tugas Kepala Desa untuk memberi pengertian dan arahan kepada masyarakat agar Desa kita bisa aman dan tentram. Bupati juga mengucapkan terima kasih kepada Jema’at Gereja BNKP Hilisataro dan sekaligus memberikan bantuan sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah). Dalam acara itu atas nama masyarakat Kecamatan Toma memberikan Cendera Mata Kepada Bupati Nias Selatan seperangkat Adat Nias juga Kepada Ibu Bupati dan seluruh jajarannya dan Camat Toma

Making the family as a cultural force prosperous and harmonious




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar !