Pages

Selasa, Maret 31, 2009

SOP SEHAT MELAWAN KANKER


Terjemahan oleh Wibowo Gunawan butir-butir utama dari buku Penulis asli: Dr. dr. Tadeiicy:
cara membuat Sup Sayur untuk melawan Kanker.

Bahan:
1. Lobak (putih) : midium size 1/4 batang (kalo ragu, lihat foto terlampir)
2. Daun-nya lobak: 1 tangkai (suah dapatnya, karena di pasar Indonesia pada umumnya sudah dibuang. Orang India menggunakannnya sebagai sayuran. Jika kalian dapat daunnya dapat dikumpulkan, lalu olah simpan dengan cara dilayu keringkan isis-isis untuk dipakai pada saat perlu belakang hari).
3. Wortel : 1/2 batang ukuran buah yang sedang
4. Gobo/burdock root (Ada yang menyebutnya Ketela Jepang, ada jual di supermarket Jepang, di Surabaya dapat dibeli di supermaket Hoky atau Papaya). Bendanya bisa lihat di foto attachment.
5. Jamur Shitake (Jamur Payung) : 1 tangkai (segar atau kering sama saja)
Contoh Gobo diperbandingkan dengan Wortel

Lobak dengan daunnya

Cara mengolah:
1. Bersihkan bahan-bahan tanpa mengupas kulitnya, karena khasiatnya ada di bagian kulit ari. Jika dikupas, maka akan hilang khasiatnya.
2. Jangan dipanasi (kolop) sebelum-nya, karena akan merusak unsur-unsur alam asli dari bahan.
3. Jangan diberi penyedap garam, gula dll.
4. potong-potong bahan dalam ruas-ruas besar.
5. Beri air yang jumlahnya kira-kira 3x volume bahan.
6. masak dengan api besar hingga mendidih untuk membunuh kuman. Biasanya sekitar 15-20 menit.
7. kecilkan api dan pertahankan hingga 1 jam, agar semua sarinya keluar. Agar mudah bisa juga dipindah ke "slow cooking" cooker.
8. Saring dan tuang air sup ke gelas atau botol siap minum.
9. Jika sisa, simpan di kulkas. Di Indonesia kalau dibiarkan diluar, 3-4 jam sudah basi (Kecut).
10. Minum habis paling lama 3 hari.
11. Ampas sayur boleh dimakan, karena masih sangat sehat. Kata penulis, untuk membuktikan, silahkan coba tanam di sekitar akar pohon, nanti pohon anda akan tumbuh subur. Juga sisa air sayur yang telah expired jika disiramkan ke perduan /tanaman bunga pot yang mengering, akan segar kembali. Coba buktikan, apa benar kata penulis.

Cara minum:
• Minum yang baik saat perut (maag) tidak banyak asam-nya. Yakni: 15 menit sebelum
makan atau 30 menit setelah makan.
• Jumlah yang diminum: untuk penderita kanker: 600cc (botol aqua sedang penuh atau botel sirup/kecap/bir) sekali minum saat pagi dan sore 350cc. Jika belum biasa minum banyak, maka saat minum pertama boleh jedah tidak lebihdari 5 menit.
• wadah minum baiknya bukan dari logam.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan:
• Jangan menambah dosis bahan maupun minuman. Jangan dikira dengan menambah akan
bisa mempercepat penyembuhan. Dalam penelitian hal ini kontra produktif dan akan
menurunkan khasiat sup.
• jangan mencampur formula tersebut dengan herbal lain-nya, karena ada kemungkinan akan terjadi reaksi/senyawa kimia yang menimbulkan keasaman dan bisa menurunkan khasiat.
• biasanya setelah minum sup ini, suhu badan akan sedikit menurun, kadang bisa sampai 1 derajat celsius.
• Untuk penderita sakit ginjal dan Diabetes, perlu ada kombinasi tambahan di bab lain yang mana belum sempat saya masukkan di catatan ini.


Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Sabtu, Maret 28, 2009

Budaya Eksotik Pulau Nias

Menilik Alam dan Budaya Eksotik Pulau Nias
Ref: http://www.investorindonesia.com

JAKARTA (Investor Daily):
Ya’ahowu!! Ucapan salam ini langsung terdengar saat Anda mendarat di Bandar Udara Binaka, Gunung Sitoli, Nias.

Setiap hari, puluhan orang terlihat memadati Bandar Udara Binaka. Sejumlah turis asing pun tampak sibuk membenahi perlengkapan selancar mereka di sela aktivitas masyarakat lokal.

Pulau Nias yang berlokasi di sebelah barat Pulau Sumatera, sekitar 85 mil laut dari Kabupaten Tapanuli Tengah atau Kota Sibolga, menjadi surga selancar bagi para penggila surfing. Bagi penggemar ombak lautan dan peselancar, keindahan pantai Sorake dan Lagundri yang terletak di Kabupaten Nias Selatan (Nisel) menjadi tempat perburuan ketiga di dunia. Ombaknya yang lincah nan gesit, menjadi ciri khas pantai Sorake dan Lagundri. Para pelancong mancanegara telah lama menggandrungi kedua pantai itu. Meski letaknya terpencil, ternyata tidak memupuskan keinginan para peselancar professional. Mereka pun unjuk kebolehan sekaligus menguji ketangkasan di atas papan selancar.

Wilayah Pantai Sorake dan Lagundri masuk wilayah Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nisel. Meski tinggal di daerah wisata, kehidupan masyarakat setempat tidak seperti umumnya warga yang bermukim di pulau-pulau eksotik lainnya.
Rock Star adalah julukan para Surfer yg sangat kagum atas ombak di HILISATARO sebagai tempat untuk surfing yang paling yahud...!
Hilisataro sebagai ibukota kecamatan Toma Kabupaten Nias Selatan berjarak kurang lebih 11 Km dari Kota Telukdalam.

Dalam suatu diskusi panel bertajuk Aramba yang digelar oleh Public Information Centre (PIC) Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Perwakilan Nias di Omo Bale Museum Pusaka Nias, baru-baru ini, beberapa elemen masyarakat menyatakan, penduduk asli Nias adalah sokhi, yang berarti baik. Menurut sesepuh adat Nias, ami li moroi ba go juga sudah mendarah daging di masyarakat asli Nias. Dengan kata lain, ucapan atau sapaan lebih berharga bagi masyarakat asli Nias, ketimbang makanan yang paling enak.

Berdasarkan survei Kementerian Lingkungan Hidup pada 1987, masyarakat Nias setidaknya memiliki tujuh karaketristik khas. Ketujuh karakter itu antara lain, mereka masih percaya pada roh dan kekuatan gaib. Warga Nias lebih mengedepankan prestise daripada prestasi. Mereka sulit menerima hal baru sehingga hal-hal baru dianggap tabu. Penduduk Nias lebih mengutamakan kepentingan kelompok atau solidaritas kekerabatan ketimbang kepentingan umum. Orang Nias lebih senang menerima daripada memberi. “Masyarakat Nias juga bude-bude atau kurang gemar berterus terang,” kata Melkhior Duha, ketua Badan Pemberdayaan dan Warisan Nias.

Melihat karakteristik tersebut, tak mengherankan jika situs megalitikum prasejarah masih tampak berdiri megah di Kecamatan Gomo. Situs itu diperkirakan telah berdiri lebih dari 3.000 tahun dan diyakini sebagai daerah awal mula penyebaran penduduk Pulau Nias. Perkampungan dengan rumah-rumah tradisional tampak masih utuh, asli, dan berdiri kokoh. Hal itu bisa dijumpai di Desa Bawomataluo dan Hilisimaetano. Tempat itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong.

Satu-satunya rumah adat paling besar di Nisel terdapat di Desa Bawomataluo. Di Omo Sebua yang memiliki ukuran luas 300 meter ini banyak terdapat benda-benda dan ornamen. Benda-benda itu antara lain genderang perang berukuran besar, alat-alat perang, kepala rusa dan monyet, ukiran-ukiran patung dan rahang babi. Yang pasti, setiap benda tersebut memiliki nilai sejarah dan telah berusia ratusan tahun. Omo Sebua yang diperkirakan berusia 160 tahun, telah dihuni oleh beberap generasi. Selain digunakan untuk pertemuan para Si Ulu (golongan bangsawan) dan Si Ila, rumah adat besar itu dipakai untuk yang meletakkan jenasah para bangsawan. Keunikan lainnya yang terdapat di Desa Bawomataluo adalah budaya tarian perang dan lompat batu.

Karena keunikan budayanya, pada 2004, World Monument Fund melalui hasil penelitian UNESCO, menetapkan Omo Hada (rumah adat) di Desa Hilinawalo Mazingo, sebagai salah satu dari 100 situs dunia yang harus dilestarikan, seperti halnya Candi Borobudur, Taman Sari di Yogyakarta, dan Tanah Lot di Bali.

Keunikan lainnya adalah adat istiadat masyarakat Nias yang harus mengonsumsi daging babi tatkala menggelar prosesi kelahiran, perkawinan, kematian ataupun mangowasa (membuat atau menobatkan gelar adat) balugu (gelar adat Nias tertinggi).

Sejak 1960-an, Kabupaten Nias yang beribukota di Gunungsitoli memang terkenal sebagai penghasil ternak babi yang sangat besar. Bahkan, hasil ternak mereka dapat dijumpai pula di Singapura. Berternak babi merupakan usaha yang sangat terkait dengan adat istiadat di Kabupaten Nias.

Usaha pertanian tanaman pangan juga merupakan mata pencarian pokok penduduk Nias. Hasil pertanian mereka antara lain produksi tanaman pangan, seperti padi, palawija, dan hortikultura. Sebagian atau seluruh hasil pertanian itu dijual atau untuk menunjang kehidupan dan menanggung risiko. Komoditas andalan Kabupaten Nias lainnya adalah nilam. Komoditas nilam sempat mengalami booming pada 1997 hingga pertengahan 2000. Saat itu, harga minyak nilam pernah mencapai Rp 1,2 juta per kilogram. Ketika itu, kesejahteraan petani nilam di Kabupaten Nias sangat tinggi.

Pulau Nias juga memiliki potensi ikan luar biasa, baik ikan untuk dikonsumsi maupun ikan hias. Terdiri atas 132 pulau besar dan kecil, Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan menyimpan aneka ragam kekayaan sumber daya laut.

Terletak di sekitar garis khatulistiwa, rata-rata curah hujan di Kepulauan Nias cukup tinggi, yakni 260,00 mm per tahun. Akibat banyaknya curah hujan, kondisi alamnya pun sangat lembab dan basah. Musim hujan dan kemarau silih berganti dalam setahun.

Keadaan iklim di kepualuan Nias juga dipengaruhi oleh Samudera India. Suhu udara berkisar antara 17o / 32,6o dengan kelembaban sekitar 80 - 90% dan kecepatan angin antara 5-6 knot per jam. Musim badai laut biasanya berkisar September sampai November, tetapi kadang terjadi badai pada Agustus. Namun, cuaca bisa berubah secara mendadak.


Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Jumat, Maret 27, 2009

Going Bananas


Gae Sanono, kata penutur Nono niha tola tobali dalu-dalu!

Nasihat "An apple a day keeps the doctor away" pasti sudah akrab di telinga kita. Namun, tak hanya apel, kandungan satu buah pisang pun tak kalah khasiatnya. Peneliti dari New York menyatakan bahwa kandungan gula alami yang terdapat dalam pisang seperti sukrosa, fruktosa serta glukosa, bisa memberikan tambahan energi. Kandungan sejenis protein, tryptophan mampu memberi ketenangan. Milkshake dari buah pisang dicampur dengan madu bisa menghilangkan kondisi mabuk dengan cepat.
Tak hanya buah, bagian dalam kulit pisang jika dioleskan pada gigitan nyamuk bisa mengurangi bengkak dan iritasi.

Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Nias Yang Maju

SURAT TERBUKA Dari Taliziduhu Ndraha, Kybernolog
Kepada Semua Sifatalifusõ Ono Niha di Mana pun Berada

YA’AHOWU!

I FAKTA DAN MASALAH NIAS
(Nias: Facts and Problems)

FAKTA (FACTS)
1 Nias yang terletak di lempengan tsunami dan episenter gempa, dgn struktur tanah labil (Nias situated in tsunami-plate and quake-epicenter; very labile soil structure).
Tsunami dan gempa berikutnya pasti datang lagi secara men- dak dan semakin dahsyat(how to anticipate the next tsunami and earthquake?)

2 Nias yang kecil, dengan ratusan pulau kecil-kecil (Physical condition is economic ally weak, under-valued).
Nilai ekonomi setiap produk, semakin rendah (How to increase the natural re- sources values?)

3 Nias yang terisolasi (Physically isolated by natural location. This resulted in social, economic, and political low communication).
Laut bukan penghubung tetapi pemisah; pendekatan regional terhambat (How to make communication effective?)

4 Nias yang sekarat(Dying cultural heritage).
Warisan budaya semakin musnah (StarWeekly 648, 31-5-58) (How to revive and conserve the cultural heritage?)

5 Nias yang jauh(Political distance, from the central governemnt point of view, so far, far away).
Dari Pusat, baik geografik, politik, dan birokratik, jauh (How to make the political distance between Nias and Jakarta nearer/shorter?)

6 Nias yang terabaikan (Nias becomes more and more powerless; she has no bargain- ing position and bargaining power as well; being abandoned).
Karena posisi tawar yang semakin rendah/lemah (How to launch an effective em- powering and enabling program for a long term period?)

7 Nias yang terlupakan (The people of Nias played heroic role in the time of na- tional independence and after).
Peran dan sumbangan Nias di masa perjuangan kemerdekaan lenyap tertelan kala (How to make this a local pride, a spiritual power?)

8 Nias yang terkebelakang (Nias goes backward; I mean, the natural resources decreasing index (NRDI) is higher than the human resources development index, HRDI).
Tidak memiliki keunggulan komparatif, apa lagi kompetitif (How to improve tho HR qualities before the NRDI becomes zero?)

9 Nias yang jadi rebutan (Nias has become political power conflicting field). Konflik kepentingan semakin tajam dan luas (How to build common platform for all conflicting political inte- rests as basis for common commitment building and the beginning of sound governance development?)

10 Nias merupakan komponennegara Indonesia (As an integral part of Indonesia, Nias has become victimand prey of nation-wide corruptive structure behavior).
Nias terperangkap di dalam sistem manajemen publik yg padat KKN (Beware! Nias has been trapped in corruptive bureaucratic machinery and arrogative political culture)

II KE DEPAN BAGAIMANA?

10 Point di atas secara garis besar menjelaskan APA dan MENGAPA. Telah 60 tahun merdeka, pembaharuan terasa sangat lambat, kemajuan yang sedikit sekali terjang oleh tsunami dan gempa, nyaris semuanya porak-poranda. Belajar dari masa lalu, bertolak dari masa SEKARANG, dan mengharapkan yang lebih baik di masa depan. Dari 10 fakta di atas, beberapa di luar kemampuan manusia, namun beberapa yang lain sesungguhnya dapat diubah; tapi bagaimana?

Kondisi sekarang porak poranda, sementara 10 masalah di atas tetap menantang. Visi, misi, dan strategi ke depan bertolak dari penyelamatan (rescuing), rehabilitasi, rekonstruksi, pembaharuan, dan pembangunan.

Peluang satu-satunya: OTONOMI DAERAH (UU 32/04) untuk mewujudkan Nias sebagai DAERAH OTONOM.

Yang berotonomi adalah DAERAH, bukan Kepala Daerah, bukan DPRD, dan bukan Pemerintah Daerah.

DAERAH adalah (1) Masyarakat Hukum, (2) Satuan Ekonomi Publik, (3) Lingkungan Budaya, (4) Ruang Hidup (Lebensraum), dan (5) Subsistem Politik Nasional

Otonomi adalah KEWENANGAN (authority), yaitu kekuasaan sah, tetapi tidak digunakan sewenang-wenang

Kewenangan adalah sebuah SISTEM. Siapapun yang masuk, “lebur” dalam sistem

Kewenangan, yaitu kekuasaan sah, adalah ALAT, bukan tujuan, ibarat kereta api atau pesawat bagi pengusaha dan pengguna (consumers)

Sebagai alat, kewenangan digunakan untuk MELAYANI DAERAH, yaitu manusia (needer), masyarakat, dan lingkungan (consumer):

Kewenangan itu cenderung KORUPTIF (power tends to corrupt), ibarat binatang pemangsa yang menunggu atau menciptakan kesempatan untuk memangsa (homo homini lupus). Binatang pemangsa yang telah dijinakkan tidak lagi berfungsi sebagai mata rantai kehidupan alam semesta, melainkan jadi mainan dan hiburan.

Kewenangan sebagai alat yang tidak mempunyai keinginan sendiri, koruptif, konon pula penjabat kewenangan yang sarat kepentingan: LEBIH KORUPTIF

Kewenangan dan penjabatnya harus dapat DIKENDALIKAN. Yang dikendalikan adalah arah, kecepatan, dan cara (gaya)

Pada akhirnya kewenangan tidak bisa dikendalikan oleh dan dengan kewenangan, tetapi oleh DAERAH yang bersangkutan itu sendiri (needer dan consumer), karena Daerahlah yang MEMBAYAR

PILKADAL dapat diibaratkan sebagai proses pembelian kereta api atau pesawat dengan MASINIS atau PILOTnya sekalian

Kereta api atau pesawat tidak membuat REL atau LANDASAN PACUnya sendiri. Kewenangan, masinis dan pilot demikian juga

Rel atau landasan pacu buat penggunaan kewenangan adalah RENCANA JANGKA PANJANG DAERAH (20 tahun, UU 25/04). Kerja pemerintahan harus berdasarkan rencana jangka panjang, karena PEMERINTAHAN ADALAH MEMANDANG SEJAUH MUNGKIN KE DEPAN (besturen is vooruitzien)

Sebelum kereta api atau pesawat dibeli, dalam hal ini sebelum Pilkadal, REL atau LANDASAN PACU DISIAPKAN LEBIH DAHULU oleh pemilik, yaitu Daerah, sehingga siapapun Kepala Daerah yang terpilih, meluncur pada rel atau mendarat pada landasan pacu Daerah

Mengingat Nias dewasa ini dalam keadaan porak-poranda, maka penyiapan RENCANA JANGKA PANJANG 20 TAHUN KEPULAU-AN NIAS (Nias dan Nias Selatan), disingkat RJP20NIAS, dilakukan bersama oleh tripartit: NIAS, NIAS SELATAN, dan BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS (BRR), di bawah bimbingan Departemen Dalam Negeri dan BAPENAS

Oleh sebab itu, Pilkadal sebaiknya bahkan HARUS dan BISA DITUNDA selama enam bulan, yang sedianya medio 2006 menjadi akhir 2006

Untuk mempercepat proses pembuatan RJP20NIAS, Renstrada yang sudah ada dijadikan bakal utama, diperkaya oleh semua STAKEHOLDERS, dan dijadikan yang disebut DOKUMEN NIAS2006 yang statusnya ibarat FONDRAKÕ zaman dahulu kala, kemudian diratifikasi oleh kedua Daerah, Nias dan Nias Selatan, dalam bentuk Peraturan Daerah masing-masing

Platform DOKUMEN NIAS2006 disusun berdasarkan asas kebutuhan-dasar manusia, dan bukan kepentingan Partai Politik, sehingga DOKUMEN itu menjadi common platform, platform bersama, dan di sanalah rejim apa saja landing dan take off

DOKUMEN NIAS2006 berfungsi sebagai (1) common platform, rel-kerja atau landasan-pacu bagi rejim terpilih, (2) tolak-ukur dan tolok-ukur bagi pengendalian kewenangan (social control), (3) kontrak-sosial antara Pemerintah Daerah dengan Stakeholders, (4) jaminan kontinuitas pemerintahan yang dilakukan oleh rejim yang berbeda-beda (20 : 5 = 4 rejim), dan (5) sumber daya utama bagi para aktor dan artis pemerintahan ke depan

Konsekuensinya ialah, setiap BALON dan kemudian CALON Kepala Daerah, harus commited pada DOKUMEN NIAS 2006 tersebut.


Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Mohon Ampun, Alangkah Sulitnya

Mohon Ampun, Alangkah Sulitnya

Karena itu, kata Yesus, berdoalah demikian, ”AMPUNILAH KAMI AKAN KESALAHAN KAMI, SEPERTI KAMI JUGA MENGAMPUNI ORANG YANG BERSALAH KEPADA KAMI” (Matius 6:12).
Tegas, ringkas, jelas. Tak ada kesulitan sedikit pun memahami maksud dan makna doa ini, begitu pikir kita. Kita tinggal melaksanakannya saja. Di sini baru ada persoalan: di tingkat pelaksanaannya.

Tapi benarkah demikian? Ternyata tidak! Doa ini tidak semudah yang kita sangka. Padahal kita harus memahami maknanya dengan benar terlebih dahulu, baru kita bisa berbicara soal pelaksanaannya. Bila pemahamannya saja sudah salah, bagaimana mungkin melaksanakannya dengan benar, bukan?

”AMPUNILAH KAMI AKAN KESALAHAN KAMI”. Di mana sih letak kesulitannya? Sepintas lalu sih kelihatannya tak ada masalah. Siapa yang tak pernah melakukan kesalahan? ”To err is human”, artinya, ”Melakukan kesalahan itu manusiawi”. Sebab itu, minta ampun? Atau lebih tepat, minta maaf? No problem-lah!

Namun begitu, sebenarnya ada persoalan besar di sini. Persoalan besar itu adalah pada kata ”kesalahan” yang digunakan.. Terjemahan ini belum mampu mengekspresikan seluruh kekayaan nuansa yang ada pada bahasa aslinya.

Dalam terjemahan bahasa Inggris, persoalannya lebih kelihatan. Yaitu, ketika kita mendapati terjemahan yang amat bervariasi. Ada yang menerjemahkan ”kesalahan” dengan ”utang” (”Forgive us our debts”). Ada yang menerjemahkannya dengan ”pelanggaran” (”Forgive us our tresspasses”). Lukas bahkan menggunakan kata yang sama sekali lain, yaitu: ”dosa” (Lukas 11:4) ”Ampunilah kami akan dosa kami”.

ANDA tahu kan apa bedanya ”kesalahan” dan ”dosa”? Secara sederhana dapat dijelaskan demikian. ”Kesalahan” yang dibuat oleh manusia, pada dasarnya juga dapat diperbaiki atau dikoreksi oleh manusia. Orang bisa ”salah jalan”, ”salah hitung”, ”salah sangka”, atau ”salah pilih”.
Berbeda dengan ”dosa”. Di sini, manusia tidak dapat memperbaiki atau menghapuskan ”dosa” yang ia lakukan. Sebab ”dosa” tidak dapat dikoreksi oleh manusia. ”Dosa” hanya dapat diampuni oleh Tuhan. Kita minta ”maaf” kepada sesama kita atas ”kesalahan-kesalahan” kita, tetapi mohon ”ampun” kepada Tuhan atas ”dosa-dosa” kita. Jelas?

Jadi, sekali lagi, di mana kesulitannya? Jawab saya: karena minta ampun itu, secara langsung atau tidak, berarti mengaku dosa. Ini sesuatu yang serius. Mengakui bahwa kita sering melakukan ”kesalahan” adalah satu soal, tetapi mengakui bahwa kita berbuat ”dosa” adalah soal yang sama sekali lain.
Saya toh tidak pernah membunuh atau berzinah atau mencuri atau murtad dari agama! Karena itu, Bambang Sudjatmiko, misalnya, dengan tegas menolak minta grasi.
”Saya tidak bersalah. Pemerintahlah yang mesti minta ampun kepada saya, bukan sebaliknya!”, katanya. Dan saya tegaskan di sini, bahwa yang dimaksudkan oleh Yesus dalam doa-Nya adalah ”dosa”, bukan sekadar ”kesalahan”!

”AMPUNILAH kami akan kesalahan kami”. Kata ”kesalahan” di sini adalah terjemahan kata ”opheilamata” (= bentuk jamak dari ”opheilema”) dalam bahasa Yunani. Dalam konteks aslinya, ”opheilema” mencakup pengertian yang luas sekali.
Namun intinya satu saja, yaitu ia menunjuk kepada sesuatu yang dipinjam; sesuatu yang sebenarnya adalah hak atau milik orang lain; sesuatu yang karenanya adalah tugas serta kewajiban kita untuk membayar atau melaksanakannya.
Dengan perkataan lain, ”opheilema” adalah ”utang” dalam pengertian yang seluas-luasnya. Dari bentuknya yang paling sempit yaitu utang uang, sampai kepada yang paling luas, yaitu kewajiban moral atau agama. Balas budi atas kebaikan sesama, menurut Thucydides, dan berbakti kepada orang tua, menurut Plato, adalah termasuk ”utang” yang harus kita bayar itu – sebuah ”opheilema”.
Dengan demikian, doa Yesus dapat kita kalimatkan ulang menjadi, ”Ampunilah kami atas setiap kegagalan kami dalam melaksanakan kewajiban kami; dan atas setiap utang yang belum berhasil kami lunasi; baik kepada Tuhan maupun kepada sesama kami”.
Lukas, seperti telah saya sebutkan, memakai kata ”dosa”, yang bahasa Yunani-nya adalah ”hamartia”. Arti asli kata ini, adalah: ”meleset” atau ”melenceng”. Seperti anak panah, atau peluru pistol, atau bola, yang gagal mengenai sasaran.
”Dosa” adalah itu: melenceng atau menyeleweng dari arah yang seharusnya. Kegagalan untuk menjadi atau melakukan apa yang seharusnya. ”Opheilema” dan ”hamartia” adalah dua kata yang berbeda. Tapi dalam makna, dekat sekali, bukan?

SEDANG mengenai mengapa kedua penginjil itu memakai dua kata yang berbeda untuk sebuah doa yang sama, sebabnya adalah karena Yesus mengajar dengan bahasa Aram. Ketika Matius dan Lukas menerjemahkannya ke dalam bahasa Yunani itulah, yang satu menerjemahkannya begitu, sedang yang lain menerjemahkannya begini.
Di dalam bahasa Aram, kata yang dipakai oleh Yesus (kemungkinan besar) adalah choba’. Inilah kata yang paling umum dipakai untuk ”dosa”.
Bagi orang Yahudi, ”dosa” atau choba’ adalah kegagalan untuk taat sepenuhnya kepada Allah. Padahal, menurut agama Yahudi, ketaatan kepada Allah inilah kewajiban paling utama.
Mereka hanya boleh taat kepada Allah saja, dan tidak kepada yang lain. Tapi sayang, orang selalu cenderung berbagi kesetiaan. Loyalitasnya ganda. Dengan demikian, ia ber”utang” ketaatan kepada Allah. Artinya, tidak melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Jadi, tidak ada perbedaan mendasar antara Matius dan Lukas, bukan?

SETELAH semua tadi jelas, kini kita dapat masuk lebih jauh ke dalam doa itu sendiri. Untuk mengerti dengan benar, pertama-tama perlulah kita membaca doa Yesus ini dengan cermat. Perhatikanlah, di situ Yesus tidak mengatakan, ”Ampunilah kami sekiranya kami melakukan kesalahan”. Tidak! Doa ini tidak dimaksudkan hanya sebagai doa ”orang-orang berdosa”!
Doa ini diajarkan oleh Yesus agar menjadi doa setiap orang; doa semua orang; doa Anda dan doa saya, tanpa kecuali. Karenanya, ia berbunyi: ”Ampunilah kami akan kesalahan kami”. Siapa pun perlu meminta ampun untuk kesalahan-kesalahannya, untuk utang-utangnya, untuk dosa-dosanya. Tak ada yang tidak.
Jadi melalui doa ini, Yesus menegaskan kembali mengenai ”universalitas dosa”. Bahwa dosa itu bersifat universal.
Artinya, setiap orang dan semua orang tanpa kecuali, seperti kata Martin Luther, ”nyaris kelelap di negeri utang, di mana permukaan dosa hampir mencapai telinga”.
Karena itu, sekali lagi, setiap orang perlu minta ampun. Implikasinya, setiap orang mesti terlebih dahulu menyadari dan mengakui, bahwa ia adalah seorang pendosa.
Ini sama sekali tidak mudah. Pengakuan itu menuntut kerendahan hati sekaligus keberanian yang luar biasa.
Keberanian si Anak Hilang yang bersedia mengakui dosa-dosanya, dan kemudian mengambil langkah putar, kembali ke rumah bapa. Akuilah, saudara, tidak semua orang memiliki kerendahan hati serta keberanian seperti itu! Banyak yang memilih kelelap di pusaran dosanya, ketimbang mengambil risiko ketahuan ”belang” atau ”wirang”nya.

TAPI Alkitab tak pernah malu-malu, malah sebaliknya dengan penuh simpati, menulis betapa tokoh-tokoh besarnya adalah orang-orang yang berdosa; orang-orang yang bersedia mengakui dosa-dosa mereka. ”Tuhan, pergilah dari padaku,” pinta Petrus, ”karena aku ini seorang berdosa” (Lukas 5:8). ”Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa. Dan di antara mereka, akulah yang paling berdosa”, demikian Paulus (1 Timotius 1:15).
”Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita”, tegas Yohanes (1 Yohanes 1:8).
Di sisi lain, dengan gemas Alkitab menampilkan sisi suram dari orang-orang yang justru membanggakan ke”bersih”an jiwa dan kehebatan tingkah laku mereka. Misalnya doa orang Farisi yang memuakkan ini, ”Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan permampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini …” (Lukas 18:11).
Atau pernyataan si Orang Muda, yang dengan tanpa rasa risih membanggakan suksesnya sebagai orang beragama, ”Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku” (Lukas 18:21). Manusia boleh berdecah kagum, namun Allah membenci kesombongan rohani seperti itu.

Pengakuan akan universalitas dosa ini amat penting. Pertama—dalam rangka kehidupan pribadi orang per orang—, ia mendorong setiap orang untuk setiap kali dengan jujur mengintrospeksi diri. Setiap setiap orang didorong menyempurnakan diri setiap hari. Ini tentu amat besar pengaruhnya terhadap meningkatnya kualitas hidup.
Tapi yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa—bagi ketenteraman kehidupan bersama—universalitas dosa menegaskan pentingnya tingkah-laku setiap orang itu diawasi, khususnya mereka yang berkuasa.
Mengapa? Karena semua orang memiliki kecenderungan berbuat dosa, termasuk para penguasa. Bahkan lebih dari itu, semakin tinggi kekuasaan, semakin besar pula kemungkinan penyalah-gunaan kekuasaan, serta semakin hebat bencana yang diakibatkannya.
Inilah salah satu inti demokrasi. Kekuasaan mesti dibagi dan diawasi.
Oleh Eka Darmaputera


Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Pola Tidur Berpengaruh Penting Bagi Hati

Pola Tidur Berpengaruh Penting Bagi Hati


Jangan Tidur Larut Malam
Para dokter di National Taiwan Hospital baru-baru ini mengejutkan dunia kedokteran karena ditemukannya kasus seorang dokter muda berusia 37 tahun yang selama ini sangat mempercayai hasil pemeriksaan fungsi hati (GOT,GPT), tetapi ternyata saat menjelang Hari Raya Imlek diketahui positif menderita kanker hati sepanjang 10cm! Selama ini hampir semua orang sangat bergantung pada hasil indeks pemeriksaan fungsi hati (Liver Function Index).

Penyebab utama kerusakan hati adalah :
.Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang adalah penyebab paling utama.
.Tidak buang air di pagi hari.
.Pola makan yang terlalu berlebihan.
.Tidak makan pagi.
.Terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan.
.Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna, pemanis buatan.

Minyak goreng yang tidak sehat! Sedapat mungkin kurangi Penggunaan minyak goreng saat menggoreng makanan hal ini juga berlaku meski menggunakan minyak goreng terbaik sekalipun seperti olive oil.
Jangan mengkonsumsi makanan yang digoreng bila kita dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi tubuh yang fit.

Mengkonsumsi masakan mentah (sangat matang) juga menambah beban hati. Sayur mayur dimakan mentah atau dimasak matang 3/ 5 bagian. Sayur yang digoreng harus dimakan habis saat itu juga, jangan disimpan.

Kita harus melakukan pencegahan dengan tanpa mengeluarkan biaya tambahan. Cukup atur gaya hidup dan pola makanan sehari-hari.

Perawatan dari pola makan dan kondisi waktu sangat diperlukan agar tubuh kita dapat melakukan penyerapan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna sesuai dengan jadwalnya.

Sebab: Malam hari pk 9 - 11: adalah pembuangan zat- zat tidak berguna/ beracun (de-toxin) di bagian sistem antibodi (kelenjar getah bening). Selama durasi waktu ini seharusnya dilalui dengan suasana tenang atau mendengarkan musik. Bila saat itu seorang ibu rumah tangga masih dalam kondisi yang tidak santai seperti misalnya
mencuci piring atau mengawasi anak belajar, hal ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan.

Malam hari pk 11 - dini Hari pk 1: saat proses de-toxin di bagian hati, harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas.
Dini hari pk 1 - 3: proses de-toxin di bagian empedu, juga berlangsung dalam kondisi tidur.

Dini hari pk 3 - 5: de-toxin di bagian paru-paru. Sebab itu akan terjadi batuk yang hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini. Karena proses pembersihan (de-toxin) telah mencapai saluran pernafasan, maka tak perlu minum obat batuk agar supaya tidak merintangi proses pembuangan kotoran.

Pagi pk 5 - 7: de-toxin di bagian usus besar, harus buang air di kamar kecil. Pagi pk 7 - 9: waktu penyerapan gizi makanan bagi usus kecil, Harus makan pagi. Bagi orang yang sakit sebaiknya makan lebih pagi yaitu sebelum pk 6:30. Makan pagi sebelum pk 7:30 sangat baik bagi mereka yang ingin menjaga kesehatannya.

Bagi mereka yang tidak makan pagi harap merubah kebiasaannya ini, bahkan masih lebih baik terlambat makan pagi hingga pk 9-10 daripada tidak makan sama sekali.

Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan Proses pembuangan zat-zat tidak berguna.Selain itu, dari tengah malam hingga pukul 4 dini hari adalah Waktu bagi sumsum tulang belakang untuk memproduksi darah. Sebab itu, tidurlah yang nyenyak dan jangan begadang!!!!

Teman - Teman Ini Adalah Benar.
Hati Salah Satu Fungsi Tubuh Yang Paling Penting, Sayangilah Hidup Anda.



Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Hepatitis

HEPATITIS: Sakit hati, hati sakit, hati hati sakit ini - TIPS dari FAMILY PHYSICIAN
Hepatitis didefinisikan sebagai keradangan organ hati (Hepar/liver) Keradangan ini biasanya disebabkan oleh infeksi namun bisa pula disebabkan oleh non infeksi, misalnya karena obat-obatan. Pembahasan kali ini dipersempit ke arah infeksi hati disebabkan oleh Virus.

Gejala gejala dan tanda Hepatitis sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala sampai terjadi gagal hati (Hepatic failure) yang berujung kematian.
Hepatitis harus dikenali karena dengan memahami penyakit ini kita bisa mencegah terjadinya Sirosis Hati (Pengerutan hati) atau Kanker Hati.
Hepatitis secara garis besar saat ini dikenali 3 golongan yaitu

1. Hepatitis A
Penyebabnya nya adalah Virus Hepatitis A (Hepadnavirus) yang menular lewat kontak makanan. Awam dikenal sebagai Sakit Kuning karena gejalanya adalah kulit dan selaput lendir mata berubah menguning yang disebabkan meningkat kadar Bilirubin dalam darah begitu juga dengan warna air seni. Terjadi pembengkakan hati dan gangguan pencernaan yang khas mual, muntah dan bila makan makanan berlemak gejala akan bertambah berat. Hepatitis A sembuh sendiri tanpa pengobatan yang perlu istirahat total selama 1-2 minggu sambil mengubah pola diet bebas makanan berminyak/lemak. Obat obatan penyokong liver sebaiknya dikonsumsi untuk meredam proses keradangan nya

2. Hepatitis B
Berbeda dengan hepatitis A penyakit ini ditularkan dengan cara kontak dengan darah pengidap maupun secara hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik bersama (pada pengguna narkoba). Transfusi darah juga memiliki potensi menularkan namun PMI menjamin bahwa semua kantung darah di PMI seluruh Indonesia bebas Hepatitis B, Cdan HIV so tidak usah khawatir. Ujung dari penyakit ini adalah Sirosis Hati karena terjadi perubahan struktur anatomi hati menjadi jarringan ikat sehingga fungsinya menjadi menurun bahkan bisa terjadi komplikasi pelebaran pembuluh darah saluran cerna dan bila pecah bisa terjadi muntah darah.
Hepatitis B dapat dicegah dengan imunisasi dan pemeriksaan berkala. Imunisasi Hepatitis B biasanya dilakukan 3 kali dengan jatrak 1 bulan dan 6 bulan dari suntikan pertama. Sebaiknya orang dengan faktor resiko melakukan imunisasi karena harga Vaksin Hepatitis B tidak lagi mahal.
Obat nya sampai saat ini diyakini belum maksimal, seperti Inteferon atau anti virus seperti 3TC dan lain sebagainya dan harganya mahal. Jadi cegahlah penyakit ini sebelum terkena karena memang mahal pengobatannya dengan hasil yang belum tentu memuaskan. Hepatitis B sering menyebabkan Hepatitis fulminan yang artinya terjadi kegagalan fungsi hati dan menyebabkan kematian dengan cepat

3. Hepatitis C
Hepatitis C adalah varian yang lebih ganas dan paling sering menyebabkan Kanker hati dibadingkan varian lainnya. Biasanaya pengidap Hepatitis C mendapat penularan penyakit ini dari pemakaian jarum suntik bersama. Oleh karena itu sering pulang terjadi ko-infeksi dengan HIV. Oleh karena lebih berbahaya maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan rutin pada golongan resiko tinggi seperti pengguna narkoba dan perilaku homoseksual. Obatnya belum ada.

Demikian sedikit share pengetahuan yang mungkin berguna

Salam
Frans Abednego Barus


Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Pertolongan Pertama Pada Stroke

It's good to have good preparation in mind

Pertolongan Pertama Pada Stroke
Dengan cara mengeluarkan darah pada setiap ujung jari tangan dan ujung daun telinga).

Ada satu cara terbaik untuk memberikan pertolongan pertama kepada orang yang mendapat serangan STROKE. Cara ini selain dapat menyelamatkan nyawa si penderita, juga tidak menimbulkan efek sampingan apapun.

Pertolongan pertama ini dijamin merupakan pertolongan GAWAT DARURAT yang dapat berhasil 100%. Sebagaimana diketahui, orang yang mendapat serangan STROKE,seluruh darah di tubuh akan mengalir sangat kencang menuju pembuluh darah di otak.

Apabila kegiatan pertolongan diberikan terlambat sedikit saja,maka pembuluh darah pada otak tidak akan kuat menahan aliran darah yang mengalir dengan deras dan akan segera pecah sedikit demi sedikit. Dalam menghadapi keadaan demikian jangan sampai panik tetapi harus tenang.

* Sipenderita harus tetap berada ditempat semula dimana ia terjatuh(mis:dikamar mandi, kamar tidur, atau dimana saja). JANGAN DIPINDAHKAN !!! sebab dengan memindahkan si penderita dari tempat semula akan mempercepat perpecahan pembuluh darah halus di otak. Penderita harus dibantu mengambil posisi duduk yang baik agar tidak terjatuh lagi, dan pada saat Itu pengeluaran darah dapat dilakukan.

Untuk yang terbaik menggunakan JARUM SUNTIK, namun apabila tidak ada, maka JARUM JAHIT / JARUM PENTUL / PENITI dapat dipakai dengan terlebih dahulu disterilkan dulu dengan cara dibakar diatas api. Segera setelah jarum steril, lakukan PENUSUKAN pada 10 UJUNG JARI TANGAN.
Titik penusukan kira-kira 1cm dari ujung kuku. Setiap jari cukup ditusuk 1 kali saja dengan harapan setiap jari mengeluarkan tetes darah. Pengeluaran darah juga dapat dibantu dengan cara dipencet apabila darah ternyata tidak keluar dari ujung jari. Dalam jangka waktu kira-kira 10 menit, si penderita akan segera sadar kembali.

Bila mulut sipenderita tampak mencong / tidak normal, maka KEDUA DAUN TELINGA sipenderita HARUS DITARIK-TARIK sampai berwarna kemerah-merahan.
Setelah itu lakukanlah 2 KALI PENUSUKAN pada masing-masing
UJUNG BAWAH DAUN TELINGA sehingga darah keluar sebanyak 2 tetes dari setiap
ujung daun telinga. Dengan demikian dalam beberapa menit bentuk mulut si penderita akan kembali normal.

Setelah keadaan si penderita pulih dan tidak ada kelainan yang berarti,maka bawalah si penderita dengan hati-hati ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

Sebagai salah satu cara beramal bakti, sebaiknya e-mail ini disebarluaskan kepada teman-teman, keluarga dan relasi-relasi dan masyarakat luas,sebab serangan stroke ini dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja.

PS: Demi nyawa, worth to try kan ............ GBU


Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Rabu, Maret 25, 2009

Bahasa Nias Terancam Punah ?

Pada suatu kesempatan berkunjung ke Nias tahun 1999, saya berbicara di depan masyarakat sebuah desa dalam sebuah pertemuan. Karena masyarakat yang hadir kebanyakan adalah orang tua-tua dan tidak memahami Bahasa Indonesia dengan baik, saya putuskan untuk berbicara dalam Bahasa Nias, Li Niha atau Li Nono Niha.

Belum begitu lama saya berbicara, saya mulai menyadari betapa terbatasnya kosa kata Li Niha yang saya kuasai, dan begitu susahnya mengungkapkan sesuatu yang ingin saya katakan dalam Li Niha yang baik dan benar. Maka pembicaraan saya akhirnya berlangsung dalam dua bahasa: Li Niha dan Bahasa Indonesia secara campur baur. Begitu saya mendapat kesulitan menemukan kata atau ungkapan yang tepat, saya segera beralih ke kata atau ungkapan dalam Bahasa Indonesia. Pembicaraan yang saya jadwalkan semula berlangsung sekitar 15 menit akhirnya terpaksa “molor” menjadi kurang lebih 30 menit; bukan karena menarik, melainkan karena begitu banyak waktu yang saya habiskan untuk memikirkan apa yang harus saya sampaikan dalam Li Nono Niha. Inilah salah satu pengalaman yang begitu “menyiksai” dalam hidup saya.

Pengalaman yang tidak mengenakkan semacam itu tentu saja dialami oleh banyak orang Nias yang lama tinggal atau bahkan lahir di daerah perantauan, kalau kembali atau berkunjung ke kampung halamannya di Nias.

Berkaitan dengan ini ada anggapan masyarakat di desa-desa di Nias bahwa tidak jarang orang Nias yang berkunjung ke kampung halamannya dari tempat jauh akan bertingkah yang “aneh-aneh”. Dalam berkomunikasi dengan orang-orang di desanya mereka menggunakan sebanyak mungkin kata-kata bahasa Indonesia atau bahasa daerah suku lain dalam pembicaraannya. Hal ini ada benarnya, sekurang-kurangnya begitu yang saya amati baik secara langsung maupun dari informasi yang diberikan oleh sejumlah warga desa di Nias setiap kali saya berkunjung ke Nias.Misalnya saja, ada yang baru meninggalkan kampung halamannya selama 3 hingga 6 bulan, lalu ketika kembali, bercerita dengan orang-orang di kampungnya dalam bahasa Nias dengan logat yang dibuat-buat, meniru-niru logat para pendatang di Nias, dan dengan menggunakan sebanyak mungkin kata-kata bahasa Indonesia atau daerah lain. Terhadap orang semacam ini memang ada sindiran khas masyarakat Nias: Tenga ha li khöda zolifu ia, olifu göi ia lala ba hele ba lala-lalania ba wangai gitö. (Bukan hanya bahasa Nias yang dilupakannya, jalan ke pancuran dan jalan ke kebun karet pun dia sudah tidak ingat lagi.)

Namun kuranglah adil apabila orang-orang Nias yang lama di perantau seperti saya dikelompokkan ke dalam kategori terakhir yang saya lukiskan di atas. Orang-orang Nias di perantauan dalam percakapannya sehari-hari tentu akan jarang memakai Li Nono Niha, kecuali kalau yang bersangkutan memang berada di daerah perantauan yang sebagian besar penduduknya orang-orang dari Nias. Akan tetapi semakin jauh daerah perantauannya dari Nias, semakin besar kemungkinan yang bersangkutan makin jarang berbicara dalam Li Niha. Hal ini lebih serius lagi apabila yang bersangkutan menikah dengan orang dari suku lain. Sejalan dengan keterbukaan dalam berbagai aspek kehidupan, hal terakhir ini tidak jarang terjadi dan bahkan semakin menjadi kecenderungan umum.

Ditinjau dari segala aspek non-budaya, hal itu membawa banyak hal yang positif; akan tetapi akibat sampingan dari aspek budaya ialah: makin berkurangnya generasi muda Nias yang mengenal budaya, khususnya bahasa Nias. Dan ini berarti: bahasa Nias akan menjadi bahasa yang semakin kecil jumlah petuturnya. Dan pada suatu masa kelak tidaklah mustahil Li Niha punah, atau sekurang-kurangnya, ia tidak lagi dipakai sebagai alat komunikasi oleh orang-orang yang menamakan dirinya Ono Niha.

Selain hal yang dikemukakan di depan, ada beberapa hal lain mengapa bahasa Nias dikuatirkan bisa punah. Bagi kebanyakan orang Nias, menguasai bahasa Nias mungkin bukan merupakan sebuah kebanggaan. Di masa menjelang remaja, ketika masih tinggal di Nias, saya banyak melihat orang Nias yang menjadi korban ketakmampuan berbahasa Indonesia: ketika mereka berurusan dengan pengadilan (urusan tanah, utang-piutang, dsb.), dengan aparat keamanan, ketika mereka mengurus akte perkawinan, atau ketika mereka membeli barang di toko-toko di Gunungsitoli.

Pengalaman pahit semacam ini cenderung memberi kesan bagi mereka bahwa menguasai dan berbicara dalam Li Niha ternyata tidak membawa manfaat, bahkan tidak jarang merugikan. Hal ini menyebabkan mereka tak begitu risau apabila anak-anak mereka tak menguasai atau tak mampu berbicara dalam Li Niha. Gejala ini dengan mudah dapat diamati di daerah Gunung Sitoli dan sekitarnya, di mana para orang tua lebih senang berkomunikasi dengan anak-anak mereka dalam Bahasa Indonesia ketimbang dalam Li Niha.

Kalau kita amati (hal ini memang masih menuntut penelitian khusus), ada hubungan terbalik antara penguasaan bahasa Nias dengan tingkat kemajuan ekonomi masyarakat Nias. Artinya semakin mapan seseorang dalam bidang ekonomi, semakin kecil atau berkurang kemampuannya berbahasa Nias. Hal ini kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut. Orang-orang yang meninggalkan kampung halaman untuk mencari nafkah di rantau, dalam keseharian mereka pada umumnya lebih sering berkomunikasi dengan orang-orang dari latar belakang non-Nias.

Bagi para perantau ini, kebutuhan untuk menguasai bahasa lain (bahasa daerah suku lain, bahasa Indonesia atau bahasa asing) semakin penting. Ini diiringi dengan semakin kecilnya kesempatan bagi mereka (dan keluarganya) untuk berbicara dalam Bahasa Nias. Anak-anak yang lahir dari keluarga ini tidak lagi “terekspose” dengan lingkungan komunikasi dalam Li Niha. Orang-orang Nias yang tetap tinggal di Nias yang relatif mapan secara ekonomis juga akan cenderung menggunakan Bahasa Indonesia apabila berkomunikasi dengan anak-anak mereka yang masih dalam usia sekolah.

***
Dalam suatu komunikasi saya lewat internet dengan Doug Whalen staf Endangered Language Fund, Department of Linguistics, Yale University, USA, saya mempertanyakan kriteria mereka menentukan masuk tidaknya suatu bahasa dalam kategori terancam kepunahan. Dijawabnya sebagai berikut:

Even the languages with large numbers of speakers can be endangered if the children do not continue to use it. If we had to pick one number to rank languages for endangerment, I would choose the percentage of time that teenagers in the community use the language.

(Bahasa dengan jumlah petutur yang besar sekalipun akan terancam punah apabila anak-anak tidak terus menggunakannya. Apabila kita harus memilih satu angka untuk mengurutkan bahasa-bahasa berdasarkan resiko kepunahannya, saya akan memilih persentase waktu penggunaan bahasa itu oleh anak-anak remaja dalam masyarakat tersebut).

Dalam pengantar bukunya yang berjudul “Hoho Manömanö Nono Niha So’atumbukha Moroi ba Pancasila”, S.W. Mendröfa (Ama Rozaman) mengungkapkan kekuatiranya akan kemungkinan punahnya Li Niha dalam waktu yang tidak terlalu lama sebagai berikut: “Andrö na taŵa’ö tödöda, te mato samuza ma mendrua alahoitö tö mifönada andre, ba alai na hatö niha sagatua zangila fahuhuo ba Li Nono Niha. Sarara sa göi, wa na taya li ba zi sambua faosatö soi, itugu taya manö göi sa’ae dania döi waosatö soi andrö. Na taya Li Nono Niha, ba sarara sa’ae wa lö dania laŵa’ö ONO NIHA da’ö!, me lö sa’ae ö’ila li Nono Niha. Lö ta’ila hadia dania labe’e töi soi si mane da’ö, me lö mu’ila mu’ungoi, hadia ngafu li salua baehania ero fahuhuo.”

(Terjemahan bebas: Maka kita katakan, barangkali dalam satu atau dua generasi mendatang ini, jangan-jangan tinggal orang tua-tua yang bisa berbicara dalam Bahasa Nias. Sesungguhnya, apabila bahasa suatu rumpun bangsa lenyap, maka lenyap pulalah nama rumpun bangsa itu. Jika Bahasa Nias lenyap, maka sesungguhnya orang lain tidak memanggil kita “Mereka ONO NIHA - ORANG NIAS !”, karena kita tidak mampu berbicara dalam Bahasa Nias. Entah bagaimana mereka menamakan atau memanggil kita kelak, karena kita tidak dapat menelusuri dalam rumpun bahasa apa kita berbicara.)

Dari uraian singkat di depan jelaslah bahwa apa yang dikuatirkan oleh S.W. Mendröfa bisa menjadi kenyataan. Dan sebenarnya telah berada dalam proses mulai menjadi kenyataan. Mau bukti ? Lihatlah sampul-sampul kaset lagu-lagu daerah Nias. Di sana Anda akan menemukan bahasa Nias dalam bentuknya yang paling “menyedihkan”: penulisan kata-kata yang tak benar, pengabaian karakter-karakter khas dalam kata-kata Bahasa Nias seperti ö dan ŵ dan lain sebagainya. Tetapi yang lebih menyedihkan lagi ialah bahwa kita membiarkan semuanya itu terjadi.

Bahasa adalah sebuah identitas, sama seperti nama atau marga yang melekat pada diri seseorang. Hilangnya sebuah identitas berarti hilangnya sebuah “tanda pengenal”. Li Niha adalah “tanda pengenal alamiah” kita, Ono Niha, yang seharusnya kita pelihara dan tumbuh-suburkan.
oleh: E. Halawa

Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Pulau Nias Nan Permai

Pulau Nias saat ini terbagi 5 daerah, Kab.NIAS, Kab.NIAS Selatan, Kab.Nias Barat, Kab.Nias Utara dan Kotamadya Gunungsitoli. Dalam tulisan ini khusus membahas Kabupaten Nias dan daerah wisata yang ada di wilayah Kabupaten Nias dan Kotamadya Gunungsitoli.

Visi Kab. Nias : “ Mewujudkan Nias Baru yang Maju, Beriman, Mandiri dan Sejahtera “

Beberapa Tempat wisata Di Kabupaten Nias :

1. Muara Indah
Muara Indah merupakan suatu kawasan yang sangat indah berjarak 15 km dari kota Gunung Sitoli. Muara Indah berada di muara sungai sehingga pertemuannya dengan laut menciptakan keindahan tersendiri. Tempat ini sangat ramai dikunjungi masyarakat terutama pada hari-hari libur maupun akhir pekan untuk menikmati berbagai jenis makanan hasil tangkapan dari laut seperti ikan gerapu, cumi-cumi, udang, kepiting Bakau, dan berbagai jenis hasil laut lainnya. Para pengunjung/wisatawan umumnya dinikmati hidangan tersebut sambil menikmati keindahan panorama alam di komplek Muara Indah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas wisata bahari. Di tempat ini sering dilaksanakan berbagai kegiatan pagelaran kesenian maupun budaya serta acara seremonial lainnya karena letaknya yang relatif tidak jauh dari Kota Gunungsitoli.

2. Puncak Indah Laowomaru
Puncak indah Laowomaru dan Pantai Indah Laowomaru kilometer 7 dari kota Gunungsitoli sangat indah untuk menikmati keindahan keindahan alamnya dan tempat santai yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas berupa pondok-pondok wisata dan berbagai Seafood yang tersedia bagi pengunjung.

Di bawah pohon nyiur yang memberi kesejukan, Wisatawan dapat menikmati pemandangan yang cukup indah dari laut yang terbentang luas. Pantai Laowomaru juga sangat bagus untuk mandi/berenang di sore hari.

3. Pantai Indah Foa
Objek wisata Nusa Lima ini terletak di Pantai Indah Foa kurang lebih 17 Km dari kota Gunungsitoli. Di objek wisata ini kita menikmati keindahan alam laut yang sangat indah dan memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung karena dapat menikmati panorama pantai yang alami sambil ditemani nikmatnya hidangan laut.

4. Wisata Surfing
Bagi para penggemar olahraga surfing, Pulau Nias menawarkan tantangan menarik bagi anda karena di beberapa lokasi pecinta olahraga laut tersebut dapat menikmatinya antara lain di Pantai Pulau Asu, Pulau Bawa Kecamatan Sirombu, Nias Bagian Barat dan Pantai Afulu kecamatan Afulu, Nias Bagian Utara.

5. Air panas Mbomboaukhu di kecamatan Idonogawo.
Para wisatawan menyukai lokasi ini karena dapat mandi/berenang dengan air hangat yang sedikit berbau belerng sehingga di samping menyegarkan juga dapat menyembuhkan penyakit kulit.

6. Teluk Siabang
Teluk Siabang adalah sebuah pantai yang air lautnya tenang dan pemandangan di sekitarnya cukup mempesona, lokasi ini sangat bagus untuk dijadikan berselancar/ski air. Lokasi ini telah mulai ditata dan didirikan pondok santai, pengunjung di lokasi ini sangat ramai di hari-hari libur karena telah tersedia jenis makanan ( seafood ) hasil laut, seperti udang, kepiting dan beberapa jenis ikan lainnya, selain hasil tangkapan ikan laut juga tersedia tambang ikan, udang dan kepiting yang dikoordinir oleh kepala desa. Fasilitas hiburan yaitu pondok terapung, kafe dan rumah makan. Lokasi ini terletak di wilayah Kecamatan Sawo, Kabupaten Nias 43 km dari kota Gunungsitoli.

7. Kuburan Marasusi
Kuburan Marasusi ( Tentara Belanda ) ini di desa Tetehosi Kecamatan Mandrehe merupakan hasil pergolakan antara warga masyarakat Kecamatan Mandrehe dengan Tentara Belanda saat tokoh masyarakat dan pemuda Kecamatan Mandrehe lakukan perlawanan terhadapa pemerintah Belanda tahun 1910., akibat perang itu banyak tentara Belanda yang tewas juga warga masyarakat di wilayah kecamatan Mandrehe mengungsi karena kaum laki-laki dan pemuda ditawan oleh Belanda bila ditemukan, kasus itu dinamai ” HORODAWA ”

Objek ini telah menjadi simbol kepahlawanan masyarakat Nias terhadap penjajah dan sekarang objek ini sering dikunjungi para wisatawan.

8. Pantai Sifahandro
Pantai Sifahandro Kecamatan Tuhemberua adalah pantai yang sangat indah dengan pantainya yang luas dan di sana kita dapat menikmati matahari pagi secara sempurna

9. Gua Togindrawa
Gua Togindrawa di Gunungsitoli merupakan gua alam di atas sebuah bukit yang cukup menawan dengan berbagai jenis Stalaktik dan Stalamik, di sana anda dapat menikmati panorama alam pegunungan dan alam laut serta matahari terbit dari puncak sebuah bukit. Selanjutnya menurut penelitian para arkeolog bahwa gua Togindrawa ini pernah dihuni oleh manusia sekitar 7000 tahun yang lalu. Dan merupakan tempat orang asing membeli budak-budak. Gua ini terletak di wilayah Kecamatan Gunungsitoli dan kini gua ini tetap dikunjungi oleh warga kota Gunungsitoli dan para wisatawan dalam maupun luar negeri.

10. Pantai Lafau
Pantai Lafau di kecamatan Lahewa memiliki daya tarik yang cukup menawan karena pantainya yang luas dan indah, cukup dekat dengan pulau Panjang yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan.

11. Pantai Karanitaba
Lokasi Pantai Karanitaba di Toyolawa Kecamatan Lahewa merupakan salah satu objek yang sering dikunjungi para wisatawan karena lokasinya yang sangat indah. Di sana wisatawan dapat menikmati keindahan pemandangan laut lepas dan batu-batu yang unik sebagai bentukan proses alam yang cukup menarik.

12. Pantai Lahewa
Pantai Lahewa di Kecamatan Lahewa merupakan sebuah tempat yang sangat indah dengan pasirnya yang putih bersih dan dapat memanjakan para wisatawan dengan sinar matahari.

13. Pantai Pulau Bawa
Inilah lokasi pantai Pulau Bawa yang sangat bagus untuk lokasi surfing. Di tengah Pulau Bawa terletak danau yang cukup indah dan masih belum dikembangkan. Juga ada Taman laut di Pulau Bawa ini.

14. Teluk Bengkuang
Teluk Bengkuang adalah salah satu objek wisata yang memiliki pemandangan yang indah dan mempesona. Hamparan pasir putih yang terbentang luas memberi kesan seakan-akan di gurun, juga di teluk ini airnya tenang dan dapat berlabuh kapal motor. Fasilitas telah tersedia pondok-pondok istirahat, makanan khas laut yang dihidangkan oleh Bapak Faoziduhu Zega ( Purn. TNI ), seorang pengusaha restoran di daerah setempat dan beberapa pengusaha seafood lainnya.

15. OMO SEBUAH ( Rumah Besar )
Biasanya rumah adat ( Omo Hada ) di Nias Bagian Utara dan Barat sering disebut Rumah Besar peninggalan sejarah leluhur masyarakat Nias. Rumah adat Nias ini memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri bagi wisatawan mancanegara dimana rumah-rumah adat ini berderet dengan rapi di perkampungan tradisional seperti di Desa Tumori Kecamatan Gunungsitoli, Desa Onolimbu Kecamatan Sirombu dan di Desa Simae`asi Kecamatan Mandrehe, sedangkan di beberapa Desa lainnya seperti di Desa Bukit Tinggi Kecamatan Ulu Moro`o tinggal 4 ( empat ) unit lagi karena saat gempa bumi tanggal 28 Maret 2005 banyak yang tumbang.

16. Objek Wisata ”WALO”
Berlokasi di Desa Teluk Bengkuang Kecamatan Sawo, kurang lebih berjarak 38 km dari kota Gunungsitoli, banyak orang yang mengunjungi untuk tujuan berekreasi dan gampang dilalui kendaraan beroda empat, karena kondisi jalan yang kokoh dan bersih.

17. Pantai Indah Afulu
Pantai Indah Afulu di Kecamatan Afulu Nias Bagian Utara memiliki keindahan alam dan keindahan untuk tempat surfing.

18. Air Terjun Luahandroi
Air terjun Luahandroi terletak di Kecamatan Alasa, berjarak lebih kurang 35 km dari kota Gunungsitoli dan kurang lebih 2 km dari kota Alasa dapat dijangkau dengan mobil sejauh 35 km dan kemudian ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 1,5 km. Air terjun Luahandroi adalah air terjun yang bertingkat-tingkat ( 3 tingkat ) sangat baik untuk dapat berenang sambil menikmati panorama alam yang cukup menawan, bahkan para pengunjung yang mandi di sana membiarkan air terjun jatuh ke badan seolah-olah sedang memijat badan secara alamiah.

19. Danau Megoto
Danau Megoto terletak di Kecamatan Alasa adalah suatu objek wisata yang menjanjikan di masa depan, di mana keunikannya antara lain pada hari-hari biasa warnanya bening namun pada saat tertentu danau tersebut secara alami mengalami perubahan warna. Danau Megoto dapat dicapai dengan kendaraan dari Gunungsitoli melalui Ombolata Alasa sejauh kurang lebih 36 km dan kemudian dari Ombolata ke lokasi danau Megoto ditempuh dengan jarak kurang lebih 12 km.

20. Pelabuhan Sirombu
Pelabuhan Sirombu adalah sebuah tempat persinggahan kapal di Pantai Barat pulau Nias yang sangat indah pada sore hari karena kita dapat menikmati matahari terbenam. Dari pelabuhan ini kita dapat menuju Pulau Asu dan Pulau Bawa sebagai lokasi surfing dan juga untuk diving.

21. Pulau kembar , Pulau Fari`i dan Faro`a
Kedua pulau ini muncul pasca gempa bumi 28 Maret 2005. Keunikan pulau ini di atasnya dapat diperoleh sumber air bersi sehingga masyarakat berani membangun pondok persignan bagi pengunjung di pulau ini yang jaraknya 500 meter dari pinggir pantai desa Lahusa Kecamatan Sirombu Nias Bagian Barat, sekitar 70 km dari kota Gunungsitoli Kabupaten Nias.

22. Museum Pusaka Nias
Sebagai sebuah pulau yang memiliki kekayaan budaya tradisional, Pulau Nias memiliki sarana budaya yang menunjang pengembangan serta pelestarian budaya tradisional Nias. Salah satu sarana tersebut ádala Museum Lusaka Nias yang dikelola oleh Yayasan Lusaka Nias di Jalan Yos Sudarso 2 Km dari kota Gunungsitoli dan memiliki beragam koleksi yang bernilai sejarah dalam perkembangan kebudayaan dan sosial masyarakat Nias.

Dengan lokasi yang berada di pusat kota, Museum Pusaka Nias memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat maupun para wisatawan untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah kebudayaan Nias.

Kesenian yang terkenal dari Pulau Nias adalah Tradisi lompat batu, selain itu salah satu keunikan adat tradisional Nias dapat dilihat pada rangkaian prosesi acara pernikahan dimana pengantin wanita ditandu dari rumahnya menuju rumah pengantin pria. Proses ini melambangkan betapa besarnya penghormatan bagi kaum wanita sebagai ratu sehari pada saat melangsungkan pernikahan.

Kesenian lainnya ádalah berupa tari-tarian. Seperti Tari Ya`ahowu ditampilkan pada pagelaran atau di acara penyambutan tamu yang dihormati atau pada acara pesta adat yang diiringi dengan musik tradisional Nias, yang pada umumnya penari dari golongan putri dan pemain musik tradisional dari golongan putra.

Tari Tuwu dan tari Ya`ahowu ditampilkan disetiap acara penyambutan tamu agung/tamu yang dihormati atau pada acara pesta adat.

Transportasi Laut dan Udara

Bila kita mau ke Nias, dapat dicapai melalui bandar udara Polonia Medan ke Bandar udara Binaka Gunungsitoli dengan menaiki pesawat terbang Merpati dan SMAC di setiap hari, dan kalau mau dari bandar udara Tabing Padang PP Batu-Bianak Gunungsitoli-Medan sekali seminggu melalui pesawat terbang SMAC. Jika hendak menghemat biaya dapat melalui darat dan laut dari Jakarta atau Medan dapat melalui kapal Ferry via Sibolga-Gunungsitoli di setiap hari, dengan kapal motor penumpang ( KMP ) Ferry dari Jakarta-Padang-Gunungsitoli-Sibolga-Padang-Jakarta (PP) setiap dua minggu.

Alamat-alamat penting

Gunungsitoli

Komunikasi dan Informasi :

Tourism Office : Jalan Diponegoro No. 268 Telp : ( 0639 ) 21950

Telcom : Jalan Hatta I no 5 Telp : ( 0639 ) 21000

Post Office ( Posindo ) : Jalan Hatta no 1

Bank dan Money Changer :
BNI 46 Jalan Sukarno Telp : ( 0639 ) 21946
BRI Jalan Gomo
Bank Sumut Jalan Hatta I No.3
Bank Danamon Jalan Sudirman

Transportasi :
Pelni ( Indonesia`s National Shipping Lines ) Jalan Diponegoro
ASDP ( Ferry ) Jalan Yos Sudarso Km 2
Sumber Usaha ( Boat ) Jalan Sirao
Merpati Nusantara Jalan Sudirman Telp (0639) 21400
SMAC Foker F-50 Jalan Diponegoro
Bus station dilayani beberapa perusahaan angkutan seperti :
Cv Yuyu Jalan Diponegoro
Cv Saradodo Jalan Tirta

Akomodasi
Wisma Soliga (M-3) Jalan Diponegoro No 432 Telp (0639) 21815
Hotel Gomo ( M-3 ) Jalan Gomo No 148 Telp (0639) 21926
Hotel Olayama ( M-3) Jalan Pendidikan No 32 Telp (0639) 21117
Hotel Hawaii ( M-2 ) Jalan Sirao No 24-A Telp (0639) 21021
Miga Beach Hotel ( M-2 ) Jalan Diponegoro Km 5 Telp (0639) 21460
Penginapan Garuda (M-1) Jalan Kelapa
Hotel Dian Otomosi ( M-2 ) Jalan Yos Sudarso km 2,5 Telp (0639) 22422
Hotel Vera ( M-2 ) Jalan Yos Sudarso Km 2

Restaurant
Bamboo House Jalan Diponegoro Km 7 Telp (0639) 22326
Wisma Soliga Jalan Diponegoro No 432 Telp 21815
Nasional Jalan Sirao Telp 21729
Dian Otomosi Jalan Yos Sudarso Km2,5 Telp 22422
Pak Gaek Jalan Sirao
Lain-lain

Hospital ( Rumah Sakit Umum ) Telp (0639) 21271
Police Office ( Kantor Polisi ) Telp 21595
Army ( Kantor Kodim 0213/Nias ) Telp 21008-21213

SIROMBU
New Mercy Guest & Rest Bawa Island
Jerman Home stay Bawa Island
Nuza Cottage, bar & Rest Bawa Island
Asujaya Bungalow Asu Island
Benny home stay Asu Island
Selvi`s Bungalow Asu Island
Tasis Home stay & Rest Asu Island

AFULU
Darius Home Stay Afulu Sub-Regency

LAHEWA
Losmen Erika Lahewa Sub-Regency

Sumber Dari : Pemerintahan Kabupaten Nias Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jalan Diponegoro No 268 Telepon ( 0639 ) 21950 Gunungsitoli – 22815

Nach, keaslian dan keindahan alam pulau Nias sudah terkenal ke seantero dunia. Dikenal juga sebagai salah satu kawasan surfing yang sering dijajal oleh atlit-atlit kelas dunia dan menjadi salah satu surga olahraga surfing. Ini membuat kita Bangga sebagai orang Sumatera Utara. Tapi ada yang menarik, menilik dari bahasa dan juga kebudayaan sedikit ada kemiripan dengan Hawaii, mungkin karena sama-sama pulau pantai kali ya, tapi perlu diselidiki juga. Orang Nias juga memiliki jenis kulit yang khas mirip dengan keturunan monggolia atau china ( maaf kalau salah tolong dibetulkan ).


Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Senin, Maret 23, 2009

Hilisataro Indonesia Surf




Hilisataro in Nias, Nias Islands is a fairly exposed reef break that has fairly consistent surf. May-Oct (Dry Season) is the optimum time of year for waves. The best wind direction is from the northwest. Groundswells more frequent than windswells and the ideal swell direction is from the southwest. A left hand reef. Sometimes crowded. Watch out for rocks.
Hilisataro surf location map and break info
Hilisataro Location Map

Welcome to the surf forecast page for Hilisataro. We are continuously developing this site with the aim of providing the most comprehensive online resource for surfers. At the moment, we display the current current weather observations / forecast for Hilisataro, tide data, sea temperature and a growing list of Surfcams. New features are constantly being added to these pages. If you would like to receive notifications of changes and special offers, please use the subscribe box on the left side of this page.

We welcome your comments and suggestions, and if you would like a preview of the type of service we offer, check out snow-forecast.com and weather-forecast.com
Other Nearby Surf Breaks to Hilisataro: click location name for more details
Closest break Lagundri-The Machine 17 km
Second closest break Lagundri - The Point 18 km
Third closest break Lagundri-Indicators 19 km
Fourth closest break Secret 26 km
Fifth closest break Bawa 63 km

snow forecast website Ski Resorts close to Hilisataro:
Closest ski area Auli (India) 3838 km
Second closest ski area Kufri (India) 4035 km
Third closest ski area Manali (Himachal Heli-Ski) (India) 4124 km
Fourth closest ski area Kang-Yaze (India) 4260 km
Fifth closest ski area Stok Kangri (India) 4274 km

Tide stations close to Hilisataro:
Closest tide station Port Refuge, Cocos Islands 1409 km
Second closest tide station Christmas Island, Australia 1497 km
Third closest tide station North West Island, Australia 3015 km
Fourth closest tide station Trimouille Island, Australia 3019 km
Fifth closest tide station Barrow Island, Australia 3040 km

city weather forecast website Cities close to Hilisataro:
Closest city location Afia (Indonesia) 92 km
Second closest city location Makassar (Indonesia) 293 km
Third closest city location Tebing Tinggi (Indonesia) 330 km
Fourth closest city location Padang (Indonesia) 332 km
Fifth closest city location Tanjung Balai (Indonesia) 335 km


Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Catatan Zatuama SNK TR. Laia (74th)

CATATAN: SILSILAH DAN SEJARAH KEHIDUPAN SERTA PEKERJAAN DAN PENGALAMAN
an. Taorani Laia / Ama Heza (25-11-1930 - 14-9-2004)
Pengantar:
Berdasarkan bunyi Alkitab mengatakan: "MASA HIDUP KAMI 70 TAHUN DAN JIKA KAMI KUAT 80 TAHUN (Mazmur 90:10a) Ayat 12 : "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian hingga kami beroleh hati yang bijaksana".

Sesuai dengan catatan ini hanya tertunjuk pada seorang keturunan sebagai riwayat kehidupannya yang menjadi pedoman untuk mengenal satu sama lain yang termasuk lingkungan keluarga supaya tetap dalam kerukunan hidup berkeluarga. Dan mengenal kaitan keluarga-keluarga yang erat hubungannya dalam silsilah dari atas sampai keturunan berikutnya.

Untuk diketahui maksud dan tujuan catatan ini yaitu sebagai petunjuk yang dapat diingat pada masa-masa mendatang sebagai bahan pertimbangan dalam duka dan suka.

Catatan ini dimulai dengan sebagian silsilah perpisahan dari Banua Hilisatarö ke Bawöza'ua nama desa sekarang.

Menurut ceritera nama desa sebelum ini yaitu: Desa yang terletak diatas gunung sebelah utara desa sekarang diberi nama Hiliamaigila. Karena pertapakan rumah disana maka Kepala/ Pimpinan desa tersebut ada dua orang kakak-beradik yang dapat memimpin rakyat mereka dengan bijaksana menghimpun suatu keputusan bersama untuk mencapai kesepakatan dan sepakat mencari tempat perumahan di seberang sungai Gewa yang diberi nama Hiliwaösitanö.
Sebagai titik tolak untuk melebarkan tanah perkebunan rakyat maka Si'ulu pemimpin Hiliwaösitanö pergi mencari tanah yang dapat dijadikan tempat perumahan rakyatnya sambil berburu telah sampai ditepi sungai Sa'ua sungai yang agak besar dari sungai Gewa. Dan melihat tanahnya yang subur dan lebar tidak seorang pun duluan mengolah tanah itu maka ia mengutarakan hal itu kepada adiknya Si'ulu/pemimpin yang tinggal di desa Hiliamaigila bahwa mereka pindah pada tanah yang baru didapat katanya: Biarlah adik serta rakyat kita pengikutmu tinggal memiliki tanah ini serta tanah perkebunan yang ada dan kami keluarga Hiliwaösitanö memiliki sungai Sa'ua serta tanah perkebunan disana timbal balik sungai.
Maka yang sulung serta panglima-panglimanya serta keluarga rakyatnya pindah dan membuat perkampungan di Batu'atöla yang diberi nama Bawöza'ua dan setelah lama kemudian pindah lagi perkampungan disebelah utara di tepi sungai Sa'ua diberi nama Hiliduha pada perkampungan tersebut walau hanya rakyat-rakyat itu saja yang terdaftar dalam register pemerintah tetap disebut Bawöza'ua sebagai kenangan. Untuk itu mulai zaman dahulu sampai sekarang selalu disebut Hilisatarö - Bawöza'ua/ Hiliduha hanya satu Banua karena perpisahan tempat itu terlaksana dengan baik bukan disebabkan kekeliruan. Hiliamaigila juga memilih tanah datar disebelah sungai Gewa yaitu diberi nama Hilisatarö sampai sekarang.

Map of Von Rosenberg 1857: Bawösatarö (Hilisatarö) dan Hiliduha (Bawöza'ua) mengapit sungai Sa'ua
         
Untuk dapat dimengerti sebagaimana apa yang dimaksud salah seorang dari panglima tersebut yang ikut pindah ke Bawöza'ua yaitu bernama Tuha Harimao/ Harimaoduha itulah yang dapat dimulai pada silsilah ini sbb.:

Tuha Harimao/ Harimaoduha beranak dua orang laki-laki yaitu:
Fondrege Harimao yang sulung dan
Sanaya Tuha anak bungsu.

Fondrege Harimao memperanakan 4 orang laki-laki yaitu:
1. Bawö Harimao/ Silaötambali
2. Kalitö,
3. Kanola,
4. Wa'aniwa.

Keturunan Sanaya Tuha hanya seorang laki-laki bernama Tambali Duha.

Keturunan Bawö Harimao/ Silaötambali 4 laki-laki seorang perempuan:
1. Rafözabe'e (ke Pulau Tello),
2. Nawö / Namö Gowasa II
3. Zindroi,
4. La'imbaza'ua,
5. Dawe(pr)

Keturunan Tambali Duha 3 orang: Falagönahönö, laki-laki
Tanömögere ina nama Na'auri,
Nenegere sowatö ba Mbawödobara.

Pada jajaran itu hanya sampai disini terdapat pada catatan ini sebagai petunjuk mengenal turunan yang bertalian keluarga lain dan dari keturunan ini terdapat seorang yang beranak laki-laki yaitu bernama Nawö, lain-lainnya hanya keturunan perempuan.

NAWÖ Namö Gowasa adalah anak nomor dua kelahiran dari Bawö Harimao ia ini tidak lama hidup lalu meninggal dunia dan meninggalkan seorang isteri dan seorang anak laki-laki bernama Hatazaro. pada umur kurang lebih 1,5 tahun.

Setelah lama kemudian janda almarhum Nawö nikah lagi kepada Siwazumikhi di Hilisatarö dan ikut membawa anak tunggalnya laki-laki Hatazaro pada umur kira-kira 5 tahun disanalah ia dibesarkan oleh ibunya dengan bantuan hasil buah kelapa dari Bawöza'ua yang diwarisi dari hak milik orangtuanya.
Pernikahan ibunya kepada Siwazumikhi melahirkan seorang anak perempuan bernama Simeja ina Matia Sarumaha.
Karena Siwazumikhi tidak mempunyai anak laki-laki hanya perempuan seorang bernama Sombuyu ina Boiorikhou, Fanaro, Sikisa, Sikune. Oleh sebab itu untuk memikat hati Hatazaro tetap disisinya sebagai anak kandung ditambah lagi sebagai tanda kuasa dalam memegang harta milik Hatazaro emas dan kebon kelapa yang menjadi baik ekonominya sampai Siwazumikhi membuat fa'ulu momboi ana'a ba mbagi selama pernikahannya dengan ibu dari Bawöza'ua ini. Sebagai tanda untuk mengakui pengangkatan anak laki-laki bernama Hatazaro membuat pesta dan mengundang Si'ulu-Si'ila dan semua famili di desa untuk mensyahkan menjadi anaknya laki-laki yang bernama Hatazaro. Dan mulai saat itu Siwazumikhi memberi wewenang kepada Hatazaro untuk mengurus, memelihara dan melindungi anak-anaknya dan anak keluarganya yang lain serta wewenang pembagian harta kepada saudara-saudaranya walau hanya perempuan.

Dalam menerima kuasa itu dari Bapak angkatnya Hatazaro menerima dengan senang hati sehingga Bapak angkatnya meninggal dunia tidak pernah mengeluh.

Dalam melaksanakan pembagian harta kekayaan almarhum Siwazumikhi baik harta emas dan harta perkebunan Hatazaro sebagai anak angkat ia membagikan dengan adil semua kepada saudaranya Sombuyu dan Simeza walaupun berhak menerima warisan tersebut dan ia menyadari bahwa kekayaan warisan dari orangtuanya sendiri baik emas dan beberapa bidang kebun kelapa dan tanah perkebunan lebih dari cukup untuk dimiliki karena semua harta warisan nenek tuanya hanya ia yang berhak mewarisi. Sebagai tanda ketulusan hatinya ia menerima tanah pertapakan Gereja BNKP jemaat Hilisatarö sekarang.

Oleh sebab kejadian ini Almarhum Hata Laia dibesarkan oleh ibunya di Hilisatarö sampai dewasa dan kawin nikah dengan Ulimbowo dan melahirkan anak laki-laki 5 orang yaitu masing-masing bernama:

1. Tahonogö Laia beranakan: alm.Sudi'eli, Suriyani, Fanohugö, Admiral, Serius, Yatilina, Harmonis dan Joni.

2. Taorani Laia beranakan: Huku Aro, Musawarah, Peringatan, Gabriel, Okuliziduhu,
Pertalikan, Mikaryawati, Junikaryamawar dan Ferry Srisiwanti.

3. Ta'osigö Laia beranakan: Fatilia, Waspada, Setiawan, Fatimani, Fatilinda, Gairah.

4. Ta'osisi Laia beranakan: Esima, Yatimani, Emanuel, Nafiri, Gelora, Peringatan, Pikiran, Darius dan Ros

5. Söchi Aro Laia mengangkat anaknya Sukadamai (anak yang lahir dari Ta'osigö)

Kelima orang laki-laki ini tidak mempunyai saudara perempuan.

Dari seorang bersaudara ini tertunjuk pada anak nomor dua yaitu bernama Taorani Laia sebagaimana sejarah/ riwayat hidupnya adalah sbb.:

SEJARAH/ RIWAYAT HIDUP:

TAORANI LAIA Ayah dari sembilan orang yang telah tercatat diatas yaitu:
Lahir di Hilinamöza'ua tanggal 25 November 1930 pada masa Ayah bertugas sebagai Guru Jemaat BNKP filial Hilinamöza'ua. Kira-kira satu bulan setelah lahir Ayah pindah di La'owi kecamatan Lahusa. Kira-kira berumur satu tahun kembali dipindahkan di Hilisatarö. Disanalah dibesarkan sampai masuk Sekolah Dasar pada masa Zending Misi dari Germany yang bernama Desa Skhol 3 tahun, tanggal 5 Agustus 1937 tammat pada tanggal 2 Agustus 1942 menerima Surat Tamat Belajar.

Pada tahun itu juga pemerintah Belanda berakhir, tibalah tentara Jepang dengan nama Pemerintahannya Dai Nippon. Dan berakhirlah juga jaman keemasan bagi orang yang termasuk pegawai-pegawai agama dan lebih-lebih masyarakat biasa untuk merasai kesulitan baik makanan dan pakaian karena kejahatan pemerintah Dai Nippon. Dan bersambung lagi setelah Jepang setelah kemerdekaan Indonesia di Proklamasikan beberapa tahun lagi masa agresi Belanda bertambah melaratlah kehidupan rakyat.

Pada tahun-tahun itu Ayah sembilan orang tersebut turut merasakan kesulitan. Setelah dewasa kawin dengan nikah pertama pada tahun 1949. Karena belum lancar mendapat beras untuk melawan arus kesulitan tersebut lahir anak pertama yang bernama Hezaro anak laki-laki dan mulai membanting tulang untuk membeli beras di kecaatan Gomo jauh dari kampung Hilisatarö 44 Km, dengan cara ganti barang garam ditukar dengan beras, saat itu belum ada sepeda jadi pulang pergi harus dipikul dengan berjalan kaki, memang sangat melelahkan hanya saja terhibur karena mendapat makan nasi, yang belum banyak orang lain mendapat cara seperti ini.

Tidak lama berlangsung kesulitan tersebut mulai tahun 1953 berganti pekerjaan yaitu menjahit pakaian di kota Kecamatan Telukdalam setiap hari Sabtu kembali dirumah di Hilisatarö dengan jalan kaki 12 Km dilalui. Antara tahun-tahun itu selalu ganti berganti usaha kecil 2 tahun tukang jahit pakaian, bengkel sepeda 2 tahun, menggalas kopra dua tahun. Pada tahun 1962 diangkat menjadi Satua Niha Keriso.
Perkawinan pertama itu lahirlah anak laki-laki dan perempuan 7 orang dan pada bulan Februari 1965 Ibu pertama meninggal dunia, diantara ketujuh orang anak tersebut tinggal 4 orang anak yang hidup, tiga laki-laki dan seorang perempuan.

Pada tanggal 13 Oktober 1965 kawin lagi yang bernama Sitimanis Lo'i. Pada Tgl 27 Oktober 1966 lahir anak laki-laki yang bernama Gabriel Laia, anak pertama dari ibunya.

Pada tanggal 1 September 1967 diangkat menjadi Pegawai Negeri pada jabatan Guru Agama Kristen Protestan di SDN No. 071098 Telukdalam II Kec. Telukdalam, dengan pangkat BB/II = I/a.

Pada tgl 1 Juli 1973 diangkat menjadi Penilik Pendidikan Agama (K)pr Protestan Kec. Lahusa dan Kec. Gomo pada masa Dinas Agama Kristen, lima tahun kemudian karena Pembentuk Departemen Agama semua pegawai dinas Agama bergabung satu Departemen, Ayah memilih menjabat kembali sebagai Guru Agama di SDN No.071097 Telukdalam I sampai....





(Catatan diatas ditulis sebagaimana aslinya, dan ditunjukan hanya untuk kami anak-anaknya. Ayah kami dipanggil oleh Bapa di surga pada Usia 74 tahun pada tanggal 14 September 2004)


Making the family as a cultural force prosperous and harmonious




Nisura Zatuama

SURA ZATUAMA TA'ORANI LAIA (74TH)

Sitimanis Lo'i  (Usia 72th)
Lahir Tgl 04 Sept.1942
Wafat Tgl 23 Mei 2013  

 Ta'orani Laia (Usia 74)
Lahir Tgl 25 November 1930
Wafat Tgl 14 September 2004

CATATAN: SILSILAH DAN SEJARAH KEHIDUPAN SERTA PEKERJAAN DAN PENGALAMAN

Pengantar:
Berdasarkan bunyi Alkitab mengatakan: "MASA HIDUP KAMI 70 TAHUN DAN JIKA KAMI KUAT 80 TAHUN (Mazmur 90:10a)
Ayat 12: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian hingga kami beroleh hati yang bijaksana".

Sesuai dengan catatan ini hanya tertunjuk pada seorang keturunan sebagai riwayat kehidupannya yang menjadi pedoman untuk mengenal satu sama lain yang termasuk lingkungan keluarga supaya tetap dalam kerukunan hidup berkeluarga. Dan mengenal kaitan keluarga-keluarga yang erat hubungannya dalam silsilah dari atas sampai keturunan berikutnya.

Untuk diketahui maksud dan tujuan catatan ini yaitu sebagai petunjuk yang dapat diingat pada masa-masa mendatang sebagai bahan pertimbangan dalam duka dan suka.

Catatan ini dimulai dengan sebagian silsilah perpisahan dari Banua Hilisatarö ke Bawöza'ua nama desa sekarang.
Menurut ceritera nama desa sebelum ini yaitu: Desa yang terletak diatas gunung sebelah utara desa sekarang diberi nama Hiliamaigila. Karena pertapakan rumah disana maka kepala/ pimpinan desa tersebut ada dua orang kakak-beradik yang dapat memimpin rakyat mereka dengan bijaksana menghimpun suatu keputusan bersama untuk mencapai kesepakatan dan sepakat mencari tempat perumahan diseberang sungai Gewa yang diberi nama Hiliwaösitanö,
Sebagai titiktolak untuk melebarkan tanah perkebunan rakyat maka Si'ulu pemimpin Hiliwaösitanö pergi mencari tanah yang dapat dijadikan tempat perumahan rakyatnya sambil berburu telah sampai di tepi sungai Sa'ua, sungai yang agak besar dari sungai Gewa. Dan melihat tanahnya yang subur dan lebar tidak seorangpun duluan mengolah tanah itu maka ia mengutarakan hal itu kepada adiknya Si'ulu/ pemimpin yang tinggal di desa Hiliamaigila bahwa mereka pindah pada tanah yang baru didapat katanya; Biarlah adik serta rakyat kita pengikutmu tinggal memiliki tanah ini serta tanah perkebunan yang ada dan kami keluarga Hiliwaösitanö memiliki sungai Sa'ua serta tanah perkebunan disana timbal balik sungai.
Maka yang sulung serta panglima-panglimanya serta keluarga rakyatnya pindah dan membuat perkampungan di Batu'atöla yang diberi nama Bawöza'ua dan setelah lama kemudian pindah lagi perkampungan disebelah utara di tepi sungai Sa'ua diberi nama Hiliduha pada perkampungan tersebut walau hanya rakyat-rakyat itu saja yang terdaftar dalam register pemerintah tetap disebut Bawöza'ua sebagai kenangan. Untuk itu mulai zaman dahulu sampai sekarang selalu disebut Hilisatarö (Bawösataro) - Bawöza'ua/ Hiliduha hanya satu Banua karena perpisahan tempat itu terlaksana dengan baik bukan disebabkan kekeliruan. Hiliamaigila juga memilih tanah datar disebelah sungai Gewa yaitu diberi nama Hilisatarö sampai sekarang.

Map of Von Rosenberg 1857: Bawasatarö (Hilisatarö) dan Hiliduha (Bawöza'ua) mengapit sungai Sa'ua



Untuk dapat dimengerti sebagaimana apa yang dimaksud salah seorang dari panglima tersebut yang ikut pindah ke Bawöza'ua yaitu bernama Tuha Harimao (Harimaoduha) itulah yang dapat dimulai pada silsilah ini sbb.:

Harimaoduha beranak dua orang laki-laki yaitu:
Fondrege Harimao yang sulung dan
Sanaya Tuha anak yang bungsu.

Fondrege Harimao memperanakan 4 orang laki-laki yaitu:
1. Bawö Harimao/ Silaötambali
2. Kalitö
3. Kanola
4. Wa'aniha

Keturunan Sanaya Tuha hanya seorang laki-laki bernama Tambali Duha

Keturunan Bawö Harimao/ Silaötambali 4 orang laki-laki dan seorang perempuan:
1. Rafözabe'e (ke Pulau Tello)
2. Nawö Namö Gowasa
3. Zindroi
4. La'imba Za'ua
5.Dawe (pr)

Keturunan Tambali Duha 3 orang:
1. Falagönahönö, laki-laki
2. Tanömö Gere, ina nama Na'auri
3. Nene Gere, sowatö ba Mbawödobara.

Pada jajaran itu hanya sampai disini terdapat pada catatan ini sebagai petunjuk mengenal turunan yang bertalian keluarga lain dan dari keturunan ini terdapat seorang yang beranak laki-laki yaitu bernama Nawö Namo Gowasa, lain lainnya hanya keturunan perempuan.

NAWÖ Namö Gowasa adalah anak nomor dua kelahiran dari Bawö Harimao ia ini tidak lama hidup lalu meninggal dunia dan meninggalkan seorang isteri dan seorang yang beranak laki-laki bernama Hatazaro Tuha Nadu pada umur kurang lebih 1,5 tahun.

Setelah lama kemudian janda almarhum Nawö Namö Gowasa menikah lagi kepada Siwazumikhi di Hilisataro dan ikut membawa anak tunggalnya laki-laki Hatazaro Tuha Nadu pada umur kira-kira 5 tahun, disanalah ia dibesarkan oleh ibunya dengan bantuan hasil buah kelapa dari Bawöza'ua yang diwarisi dari hak milik orangtuanya.
Pernikahan ibunya kepada Siwazumikhi melahirkan seorang anak perempuan bernama Simeja ina Matia Sarumaha.
Karena Siwazumikhi tidak mempunyai anak laki-laki hanya perempuan seorang bernama Sombuyu ina Boioroikhou, Fanaro, Sikisa, Sikune. Oleh sebab itu untuk melihat hati Hatazaro tetap disisinya sebagai anak kandung ditambah lagi sebagai tanda kuasa dalam memegang harta milik Hatazaro emas dan kebon kelapa yang menjadi baik ekonominya sampai Siwazumikhi membuat Fa'ulu momboi ana'a ba mbagi selama pernikahannya dengan ibu dari Bawoza'ua ini. Sebagai tanda untuk mengakui pengangkatan anak laki-laki bernama Hatazaro membuat pesta dan mengundang Si'ulu-Si'ila dan semua famili di desa untuk mensyahkan menjadi anaknya laki-laki yang bernama Hatazaro. Dan mulai saat itu Siwazumikhi memberi wewenang kepada Hatazaro untuk mengurus, memelihara dan melindungi anak-anaknya dan anak keluarganya yang lain serta wewenang pembagian harta kepada saudara-saudaranya walau hanya perempuan.

Dalam menerima kuasa itu dari Bapak angkatnya Hatazaro menerima dengan senang hati sehingga Bapak angkatnya meninggal dunia tidak pernah mengeluh.

Dalam melaksanakan pembagian harta kekayaan almarhum Siwazumikhi baik harta emas dan harta perkebunan Hatazaro sebagai anak angkat ia membagikan dengan adil semua kepada saudaranya Sombuyu dan Simeja walaupun berhak menerima warisan tersebut dan ia menyadari bahwa kekayaan warisan dari orangtuanya sendiri baik emas dan beberapa bidang kebun kelapa dan tanah perkebunan lebih dari cukup untuk dimiliki karena semua harta warisan orangtuanya hanya ia yang berhak mewarisi. Sebagai tanda ketulusan hatinya ia menerima tanah pertapakan Gereja BNKP jemaat Hilisatarö sekarang.

Oleh sebab kejadian ini almarhum Hata Laia Tuha Nadu dibesarkan oleh ibunya di Hilisatarö sampai dewasa dan kawin nikah dengan Ulimbowo Ganumba dan melahirkan anak laki-laki 5 orang yaitu masing-masing bernama:

1. Tahonogö Laia beranakan: alm. Sudi'eli, Suriyani, Fanohugö, Admiral, Serius, Yatilina, Harmonis dan Joni.

2. Taorani Laia beranakan: Huku Aro, Musyawarah, Peringatan, Gabriel, Okuliziduhu, Pertalikan, Mikaryawati, Junikaryamawar dan Ferry Srisiwati.

3. Ta'osigö Laia beranakan: Fatilia, Waspada, Setiawan, Fatimani, Fatilinda, dan Gairah.

4. Ta'osisi Laia beranakan: Esima, Yatimani, Emanuel, Nafiri, Gelora, Peringatan, Pikiran, Darius dan Ros.

5. Söchi Aro Laia mengangkat anaknya Sukadamai (anak yang lahir dari Ta'osigö)

Kelima orang laki-laki ini tidak mempunyai saudara perempuan.

Dari seorang bersaudara ini tertunjuk pada anak nomor dua yaitu bernama Taorani Laia sebagaimana sejarah/ riwayat hidupnya adalah sbb.:


SEJARAH/ RIWAYAT HIDUP

TAORANI LAIA Ayah dari sembilan orang yang telah tercatat diatas yaitu:
Lahir di Hilinamöza'ua tanggal 25 November 1930 pada masa Ayah bertugas sebagai Guru Jemaat BNKP Filial Hilinamöza'ua. Kira-kira satu bulan setelah lahir Ayah pindah di La'owi Kecamatan Lahusa. Kira-kira berumur satu tahun kembali dipindahkan di Hilisatarö. Disanalah dibesarkan sampai masuk Sekolah Dasar pada mas Zending Misi dari Germany yang bernama Desa Skhol 3 tahun tanggal 5 Agustus 1937. Tammat pada tanggal 2 Agustus 1942 menerima Surat Tamat Belajar.

Pada tahun itu juga pemerintah Belanda berakhir, tibalah tentara Jepang dengan nama pemerintahannya Dai Nippon. Dan berakhirlah juga zaman keemasan bagi orang yang termasuk pegawai-pegawai agama dan lebih-lebih masyarakat biasa untuk merasai kesulitan baik makanan dan pakaian karena kejahatan pemerintah Dai Nippon. Dan bersambung lagi setelah Jepang setelah kemerdekaan Indonesia di Proklamasikan beberapa tahun lagi masa agresi Belanda bertambah melaratlah kehidupan rakyat.

Pada tahun-tahun itu Ayah sembilan orang tersebut turut merasakan kesulitan. Setelah dewasa kawin dengan nikah pertama pada tahun 1949. Karena belum lancar mendapat beras untuk melawan arus kesulitan tersebut lahir anak pertama yang bernama Hezaro anak laki-laki dan mulai membanting tulang untuk membeli beras di kecamatan Gomo jauh dari kampung Hilisatarö 44 Km, dengan cara ganti barang garam ditukar dengan beras, saat itu belum ada sepeda jadi pulang pergi harus dipikul dengan berjalan kaki, memang sangat melelahkan hanya saja terhibur karena mendapat makan nasi, yang belum banyak orang lain mendapat seperti ini.

Tidak lama berlangsung kesulitan tersebut mulai tahun 1953 berganti pekerjaan yaitu menjahit pakaian di kota Kecamatan Telukdalam setiap hari Sabtu kembali dirumah di Hilisatarö dengan jalan kaki 12 Km dilalui. Antara tahun-tahun iyu selalu ganti berganti usaha kecil 2 tahun tukang jahit pakaian, bengkel sepeda 2 tahun, menggalas kopra dua tahun. Pada tahun 1962 diangkat menjadi Satua Niha Keriso.
Perkawinan pertama itu lahirlah anak laki-laki dan perempuan 7 orang dan pada bulan Februari 1965 Ibu pertama meninggal dunia, diantara ketujuh orang anak tersebut tinggal 4 orang anak yang hidup, tiga laki-laki dan seorang perempuan.

Pada tanggal 13 Oktober 1965 kawin lagi yang bernama Sitimanis Löi. Pada Tgl 27 Oktober 1966 lahir anak laki-laki yang bernama Gabriel Laia, anak pertama dari ibunya.

Pada tanggal 1 September 1967 diangkat menjadi Pegawai Negeri pada jabatan Guru Agama Kristen Protestan di SDN No. 071098 Telukdalam II Kec. Telukdalam dengan pangkat BB/II= Ia

Pada Tgl 1 Juli 1973 diangkat menjadi Penilik Pendidikan Agama (Krpr) Protestan Kec. Lahusa dan Kec.Gomo pada masa Dinas Agama Kristen, lima tahun kemudian karena Pembentukan Departemen Agama semua pegawai Dinas Agama bergabung satu Departemen, Ayah memilih menjabat kembali sebagai Guru Agama di SDN No.071097 Telukdalam I sampai....







(Catatan diatas ditulis sebagaimana aslinya, dan ditunjukan hanya untuk kami anak-anaknya. Ayah kami dipanggil oleh Bapa disurga pada usia 74 tahun pada tanggal 14 September 2004)

Making the family as a cultural force prosperous and harmonious