Pages

Jumat, April 30, 2010

Kota Manado Sulawesi Utara

Kota Manado

Icon Kota Manado: Patung Tertinggi ke-3 di dunia Tuhan Yesus Memberkati Kota Manado

Patung Dotulolong Lasut Pendiri Kota Manado

Prasasti Dotulolong Lasut

Kelenteng Ban Hing Kiong

Kelenteng Ban Hing Kiong didirikan sekitar 300 tahun yang lampau dengan mengikuti pola yang diawali dari niat dan hakekat para pendirinya, dimana hal tersebut tertampil secara fisik pada papan nama yang mencerminkan fungsi dan peran serta sifatnya yang umum dan luas (universal), yaitu:

- Ban = Banyak
Suatu Tempat Ibadah yang dibangun oleh umat untuk melaksanakan berbagai Upacara Suci, Upacara Sembahyang, Menunaikan Ibadah Agama Bagi Kepentingan Umat Manusia.

- Hing = Berkah Yang Berlimpah
Suatu Tempat Ibadah yang mempunyai nilai-nilai relijius untuk memuliakan nama Tuhan dalam menangkal terhadap kuasa gelap dan segala gangguan yang merugikan Umat Manusia serta alam lingkungannya, agar senantiasa tercipta jagad yang tertib teratur dan damai mendatangkan berkah yang berlimpah bagi Umat Manusia.

- Kiong = Istana
Suatu Tempat Ibadah yang dibangun sebagai Istana Tuhan untuk menghadirkan-Nya dan merupakan perwujudan Istana Langit di muka bumi berdasarkan tata krama yang sama dengan pola arsitektur yang diambil dari Alam Semesta dalam mewakili Jagad Raya dan waktu yang disucikan, merupakan perwujudan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

Corak khas yang diwujudkan melalui simbol-simbol yang ada di Kelenteng Ban Hing Kiong mampu menghantarkan kepada kita pesan-pesan yang dibawanya, bahkan perlambangan dari simbol tersebut merupakan pernyataan yang sekaligus adalah pesan-pesan Suci yang berbicara kepada kita secara nyata.

Diawali dengan langkah pertama saat menginjak lantai yang agak tinggi di bawah gapura berarti dari kehidupan duniawi menuju kehidupan suci sehingga jalan yang dilalui dari sempit menuju luas. Hal ini terlihat pada bentuk halaman Kelenteng Ban Hing Kiong yang awalnya sempit kemudian melebar yang bermakna Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa menolong umatNya dengan memberikan jalan keluar dikala kesusahan. Diatas atap terdapat palang yang berbentuk perahu dalam pengertian rohani adalah perahu penyelamat bermakna Tuhan dan Dewa Dewi senantiasa menolong, melindungi dan menyelamatkan umat manusia.

Dalam pengertian ibadat adalah SIN yang maknanya Hati Nurani, artinya manusia harus sungguh-sungguh dengan hati dan pikiran yang bersih dan luhur melaksanakan ibadahnya serta senantiasa memupuk kebajikan sebagai bekal bagi kehidupannya nanti.

Pada pintu kiri & kanan terdapat tulisan Hong Tiau U Sun Kok Thay Ping An yang bermakna hujan dan angin selaras rakyat dan negara aman tentram. Disisi kiri & kanan pada kam terdapat dua pintu kecil menuju ruang belakang terdapat tulisan umur panjang setinggi gunung, rejeki sedalam lautan yang bermakna, laksanakan ibadat dengan benar maka berkah dan karunia akan diperoleh. Melewati pintu samping akan ditemukan ruang kebaktian sebagai ruang penerangan batin di dalam mempelajari Ajaran Tri Nabi Agung yang berada pada ruang belakang lantai dua serta menghayati sikap Welas Asih dari para Dewa-Dewi, yang berada di ruang belakang lantai tiga, juga sebagai tempat untuk merenungkan akan perilaku kita pada sesama dan agar boleh tetap berada di jalan yang benar. Sebagai bahan renungan, pada dinding ruang belakang terdapat beberapa ukiran gambar yaitu, dinding tengah terukir gambar pohon dengan buahnya dimana seorang anak sedang berusaha memetik buahnya sementara disampingnya seorang tua memperingatkan / mengingatkan yang bermakna siapa yang menanam dia yang akan menuainya. Pada dinding kiri terukir yang suci Cu Seng Nio Nio dengan buku pencatat kelahiran sebagai reinkarnasi hukum sebab akibat. Dinding sebelah kanan terukir gambar neraka dan dua puluh empat laku bakti yang bermakna untuk menyadarkan kita agar tidak melakukan perbuatan jahat bila ingin luput dari hukuman neraka.

Dari uraian diatas jelas mencerminkan nilai-nilai Agama melalui perlambangan dan simbol dalam melahirkan ungkapan-ungkapam spritual maupun ritual sehingga dapat diumpamakan Tempat Ibadah Tridharma adalah sebuah Kitab Suci yang terbuka dan senantiasa memancarkan sinar kemuliaan dari Tuhan.
sumber: www.kelenteng.com

Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

20% yang Tidak Dimengerti

Di Amerika Serikat, ada seorang Jenderal bernama Swazigov.
Sewaktu kecil, ia adalah seorang anak yang cerdik, pandai dan ber-IQ tinggi. Ketika masuk sekolah dasar, ia sering menjadi juara kelas. Suatu hari, ia mendapat nilai 80 untuk sebuah ulangan.
Itu adalah nilai terbaik di kelasnya, karena itu ia menjadi sangat gembira.

Tiba di rumah, dengan riang gembira ia memberitahu ayahnya. Ia agak kecewa karena sang ayah tidak menunjukkan reaksi kegembiraan seperti yang diharapkan. Ayahnya berkata, "Anakku, nilai 80 menunjukkan masih ada 20 nilai yang kamu tidak mengerti. Kamu harus lebih rajin lagi!"

Setelah mendengar nasihat ini Sumbatan di Otak Swazigov langsung terbuka, selanjutnya ia membuat target yang lebih tinggi untuk dirinya dan berjuang sepenuh hati. Akhirnya, ia dapat meraih kegemilangan dalam pelajaran dan kariernya.
Dia menjadi seorang Jenderal yang berhasil.

"Semua hal yang patut dikerjakan, wajib dikerjakan dengan sungguh-sungguh untuk menjadi lebih baik lagi"

Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Selasa, April 27, 2010

Home Sweet home



Making the family as a cultural force prosperous and harmonious

Me & My Family





Making the family as a cultural force prosperous and harmonious